Cara Yesus Melakukan Pendekatan Bagi Orang-orang Berdosa [Markus 2:17]
Setiap orang pasti menginginkan dirinya agar tetap sehat. Baik secara jasmani maupun rohani. Tapi pada suatu waktu cepat atau lambat, dan dalam kondisi parah atau sedang-sedang saja, seseorang pasti akan mengalami sakit.
Maka upaya yang dilakukan untuk memulihkan kesehatan adalah minum obat. Atau pergi ke dokter untuk menerima tindakan pengobatan lebih intensif. Tentu dengan harapan Tuhan memberikan kesembuhan. Lalu setelah sembuh. Pasti dia senang sebab telah bisa beraktivitas kembali seperti sediakala.
Meluruskan pola pikir yang salah tentang dosa
Ilustrasi diatas mirip dengan nats renungan hari ini, yang diambil dari Injil Markus 2:17; "Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Bagi orang-orang Farisi tindakan yang dilakukan Yesus ketika makan bersama di rumah seorang pemungut cukai yang bernama Lewi adalah tidak benar. Sehingga mereka mengatai-ngatai Yesus dan murid-muridNya.
Pandangan orang Farisi terhadap seorang pemungut cukai adalah penjahar moril dan sosial. Orang yang tidak jujur dan penuh dengan dosa. Sehingga tidak laya untuk didekati, apalagi makan bersama dengannya.
Hal ini lah yang menjadi pertentangan antara Yesus dengan orang Farisi. Sehingga dalam ayat tersebut Yesus meluruskan pandangan mereka dengan memberi perumpamaan singkat, yaitu tentang siapa yang pantas untuk diobati. Dan siapa yang wajib melakukan praktik pengobatan.
Makna yang terkandung dalam kalimat tersebut ada 2 yaitu:
1. Yesus secara tidak langsung mendeklarasikan bahwa Ia adalah Sang Tabib Agung, yang jeli memilah dan memilih siapa orang-orang yang benar-benar butuh pengobatan.
2. Pengobatan yang akan dilakukan Yesus bukan sekedar pengobatan jasmani, melainkan sekaligus pengobatan rohani. Supaya diselamatkan dari dosa dan tidak melakukan dosa kembali.
Dari sudut pandang ini dapat Kita ambil kesimpulan antara Yesus dan Farisi terdapat sudut pandang yang berbeda mengenai profesi seorang pemungut cukai.
Yesus tidak menghakimi orang lain karena perbuata dosa
Yesus memandang orang berdosa bukan untuk dijauhi melainkan untuk didekati supaya sadar bahwa apa yang telah diperbuat selama ini telah merugikan orang lain, bahkan dirinya sendiri menjadi tidak layak dihadapan Allah.
Oleh sebab itu sekalipun pemungut cukai tersebut telah berdosa selama hidupnya, ia tetap layak mendapat penghargaan dari Yesus. Hal itu dilakukan Yesus dengan cara menghadiri perjamuan makan yang telah disiapkan untuk Dia berserta murid-murid.
Dengan demikian Yesus telah membuka ruang komunikasi yang lebar dengan orang tersebut, bahkan dengan keluarganya. Dan semakin terbuka pula peluang bagi mereka untuk mendapat keselamatan yang Allah karuniakan melalui Kristus Yesus.
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang Farisi. Bagi mereka perbuatan dosa adalah suatu yang tidak boleh dirubah, dan tidak boleh ditolerir. Sehingga tidak layak berinteraksi secara sosial maupun rohani.
Bukankah tindakan tersebut merupakan tindakan penghakiman?. Jawabnya iya!. Kalau begitu, bukankah orang tersebut bakal tetap dalam dosa?. Jawabnya juga iya. Pertanyaan terakhir, layakkah Kita menghakimi sesama?.
[Refleksi] Percaya kepada Yesus tidak otomatis tidak berdosa
Perbuatan dosa/jahat adalah cara iblis untuk menajuhkan manusia degan Tuhan. Oleh sebab itu sekalipun Kita telah mengaku sebagai pengikut Kristus sejati hal itu tidak menjamin bahwa kita terlepas dari jeratan dosa.
Setiap waktu iblis akan melakukan upaya yang sama agar kita tidak setia kepada Tuhan. Misalnya melalui perantaraan orang lain, benda-benda berharga, uang dan lain sebagainya. Dan dalam konteks ini yang dipakai oleh iblis adalah orang Farisi.
Melalui nas ini, marilah meyakini bahwa Tuhan Yesus menyatakan kasih karunia-Nya kepada semua orang berdosa dengan memberikan diri-Nya mati di kayu salib. Karena Dia tidak menginginkan kita mendapat maut, akibat berbuat dosa.
Oleh bilur-bilurNya Saudara dan Saya telah disembuhkan dan dijauhkan dari dosa. Namun bukan berarti dosa tidak bakal terjadi lagi. Oleh sebab itu Kita teladani sikap Tuhan Yesus dalam persekutuan kita dengan sesama.
Janganlah menghakimi orang lain karena perbuatan dosa yang telah ia lakukan. Akan tetapi dengan hikmat, mari menggembalakan mereka agar kembali ke jalan yang benar. Supaya mereka benar-benar mengalami kesembuhan rohani dari Tuhan.
Atas kesembuhan mereka maka sukacita akan melingkupi hidup persekutuan kita dengan sesama, maupun dengan Tuhan Allah. Amin.
Posting Komentar untuk "Cara Yesus Melakukan Pendekatan Bagi Orang-orang Berdosa [Markus 2:17] "