Melaksanakan Ibadah Dengan Setia dan Benar Dihadapan Tuhan Begini [1 Samuel 7:4]
Beribadah adalah salah satu kegiatan yang wajib dilakukan oleh orang Kristen, sebagai tanda bahwa ia telah mendapat keselamatan dan penebusan dosa. Tetapi seharusnya secara konsisten dan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Yaitu sampai kedatangan Yesus kedua kali ke dunia.
Konsekuensi mencintai dan setia
Mencintai seseorang membutuhkan kerja keras. Antara lain harus setia dan tidak mengharapkan imbalan. Dalam kesetiaan yang dibutuhkan adalah komitmen. Walau kadang kala untuk mempertahankan komitmen tersebut mungkin saja ada hal yang harus kita korbankan, yang mana selama ini sudah menjadi bagian dalam hidup kita.
Upaya itu tentu membutuhkan proses yang sangat panjang. Membutuhkan sebuah tekad yang bulat. Alias tidak boleh terpengaruh dengan orang lain. Serta tidak tergoyahkan oleh keadaan kita yang tidak mendukung saat itu.
Karena sedikit saja kita memberi peluang untuk beranjak atau bergeser dari komitmen kita, maka kita akan dibawa dalam ketidaksetiaan. Lalu, apabila kita sudah tidak setia, maka cinta dan kasih yang ada dalam hati kita juga akan memudar dan tidak bisa lagi kita tunjukkan kepada orang lain.
Jadi antara cinta, kesetiaan, dan komitmen adalah tiga hal yang saling terkait satu sama lain. Pun dalam pengaplikasiannya tidak terpisahkan. Artinya dimana kita hendak menunjukkan cinta kasih kepada orang lain, maka hal itu akan diuji dari sikap kita kepada dia. Apakah saat-saat tertentu atau berkesinambungan.
Ibadah yang benar dari orang-orang yang setia
Nas kita hari ini mengisahkan tentang bangsa Israel yang berada dalam kekuasaan (penindasan) orang Filistin. Sebuah kondisi yang menyiksa. Dan mereka saat itu benar-benar membutuhkan sebuah pertolongan agar bisa keluar dari kondisi tersebut.
Lalu Allah melalui Samuel, menyampaikan kepada bangsa itu bahwa kelepasan dari Filistin adalah hal yang dapat mereka terima. Tetapi dengan satu syarat. Mereka harus komitmen kepada kasih setia Allah. Kita garis bawahi bahwa yang menunjukkan kasih dalam nats ini pertama sekali adalah Allah. Bukan bangsa Israel.
Syarat apa yang harus mereka lakukan?. Nas ini menuliskan bahwa bangsa itu harus menjauhkan diri dari para Baal dan para Asytoret. Oleh bangsa Israel, Baal dipandang sebagai tuan/dewa yang diyakini sebagai dewa kesuburan yang berkuasa atas bumi serta menghasilkan panen. Sedangkan Asytoret adalah dewi cinta dan kesuburan.
Sebelumnya bangsa Israel menyembah (beribadah) kepada dewa dan dewi tersebut. Tentu hal itu bukankah yang diinginkan oleh Allah. Sejak Allah mengeluarkan mereka dari tanah Mesir kembali ke Kanaan. Beribadah kepada dewa-dewi atau patung dan lain sebagainya telah dilarang. Mengenai hal itu tertulis dalam Perintah Tuhan yang pertama.
Lalu situasi selanjutnya. Pada saat mereka dikuasai oleh tentara Filistin. Bukanlah menjadi alasan untuk melanggar perintah tersebut. Misalnya dengan dalih karena mendapat paksaan dari penguasa. Sesungguhnya penguasa paling agung adalah Allah. Dan hanya Tuhan Allah saja lah yang dapat membebaskan mereka dari situasi saat itu.
Maka dari itu, atas tawaran itu. Mereka harus mengambil sebuah keputusan. Mereka tetap patuh pada penguasa duniawi (raja Filistin), dan siap sedia tetap dalam penindasan. Atau, harus meninggalkan yang selama ini mereka sembah, dan kembali beribadah kepada Allah. Keputusan mereka adalah kembali beribadah kepada Allah sebagaimana telah dilakukan oleh nenek moyang mereka sejak dahulu.
Ibadah yang benar dan setia
Sampai saat ini, kita masih akan tetap berhadapan dengan persoalan dalam kehidupan. Bahkan ada saatnya kita merasa terbelenggu dalam persoalan. Seperti yang dialami oleh bangsa Israel. Hanya secara konteks saat ini sudah berbeda. Dahulu dibarengi dengan kekerasan fisik, tetapi saat ini adalah kekerasan psikis.
Nah untuk bisa keluar dari keadaan itu, melalui nas ini. Kita diminta untuk datang dan beribadah kepada Allah. Karena hanya dengan datang dan beribadah kepada Allah maka kita akan memperoleh kelepasan dari setiap persoalan yang dihadapi.
Beribadah kepada Allah dengan setia adalah keputusan yang paling tepat. Dan hal itu merupakan langkah awal adalah untuk membangun suatu komitmen. Sebab dengan cara itu kita dapat melepaskan hal-hal yang menghalangi perjumpaan kita dengan Allah.
Setia beribadah kepada Allah tidak hanya pada saat persekutuan. Tetapi termasuk melalui sikap, tindakan dan ucapan. Mengapa haru dibarengi dengan sikap, tindakan dan ucapan?. Sebab 3 hal ini sebenarnya yang menjadi belenggu bagi umat Kristen saat ini untuk menerima kasih dan anugerah Tuhan.
Oleh sebab itu, mari membangun komitmen. Memperlihatkan kesetiaan, serta membuktikan kasih dan cinta kita kepada Allah dengan datang dan beribadah kepada-Nya. Amin.
Posting Komentar untuk "Melaksanakan Ibadah Dengan Setia dan Benar Dihadapan Tuhan Begini [1 Samuel 7:4]"