Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7+ Hal Penting Ini Anda Perhatikan Saat Menyampaikan Khotbah Bagi Umat Kristen [Part 4 of 4]

Menyampaikan Firman Allah melalui sebuah khotbah adalah sebuah kehormatan yang tidak dapat laksanakan oleh setiap hamba Tuhan. Hal tersebut terbukti dalam beberapa sidang sinode yang penulis ikuti, hal tersebut tetap menjadi salah satu pergumulan. Atas dasar itu pula penulis berinisiatif membuat artikel bersambung dengan topik mengenai khotbah.

7+ Hal Penting Ini Anda Perhatikan Saat Menyampaikan Khotbah [Part 4 of 4]

Artikel bagian terakhir ini adalah membahas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyampaikan khotbah. Dengan harapan agar tujuan dan dasar-dasar khotbah bisa disampaikan seluruhnya dengan baik kepada jemaat/pendengar. Sehingga ibadah layak disebut berjalan dengan sempurna. 

1]. Penyerahan diri secara total

Layaknya ketika saudara menyiapkan materi, sebagaimana dijelaskan pada artikel sebelumnya. Pada saat hendak menyampaikan khotbah pun penting berdoa dengan sungguh-sungguh, untuk memohon kehadiran Roh Kudus. Sebab hanya melalui doa-doa tersebut lah kita dapat menyerahkan diri secara total kepada Tuhan Allah sang pemilik khotbah.

Setidaknya pada hari H, ada 3x kesempatan bagi pengkhotbah untuk menyerahkan diri. Antara lain ketika berangkat dari rumah, saat hendak memulai ibadah, dan saat hendak membaca teks khotbah (ayat Alkitab). Jadi boleh dikatakan sudah lebih dari cukup.

2]. Membagikan ringkasan khotbah

Ringkasan khotbah terdiri dari poin-poin utama dan kesimpulan khotbah. Bila memungkinkan sebaiknya ditampilkan dalam bentuk slide proyektor. Untuk itu pengkhotbah perlu membuat ringkasan khotbah, yang diambil dari materi khotbah yang telah disiapkan sebelumnya. Ringkasan tersebut umumnya ditampilkan dalam bentuk file Power Point atau sejenis.

Namun jikalau tidak memungkinkan karena keterbatasan peralatan dan tempat, ringkasan tersebut boleh di share kepada jemaat melalui grup WA. Mengapa hal ini perlu dilakukan?. Yaitu untuk memudahkan jemaat memahami alur dan makna khotbah yang disampaikan. Ringkasan khotbah tersebut juga berguna sebagai “oleh-oleh” bagi jemaat.

3]. Penampilan dan sikap yang baik

Penampilan disini maksudnya adalah berkaitan dengan pakaian, kerapihan, dan kebersihan tubuh sang pengkhotbah. Sebaiknya menunjukkan diri sebagai seorang yang benar-benar hormat kepada Tuhan Allah. Jadi tidak boleh asal-asalan, atau seadanya. Melainkan dengan prinsip bagaimana seharusnya.

Sementara sikap yang baik saat menyampaikan khotbah adalah:

  • Relaks (tidak tegang) 
  • Menguasai diri dan panggung (tidak grogi)
  • Menunjukkan keramahan dan kerendahan hati.

3 hal ini memang menjadi momok menakutkan bagi pengkhotbah pemula. Akan tetapi melalui pelatihan dan petunjuk dari pengkhotbah yang senior, hal-hal tersebut pasti bisa diatasi. Oleh sebab itu, selain tentang masalah materi khotbah, perihal lain yang perlu kita konsultasikan dengan pengkohbah berpengalaman adalah poin nomor 3 ini, hingga poin ke-6 dibawah ini.

4]. Menggunakan bahasa tubuh dengan sopan dan tepat sasaran

Tepat sasaran maksudnya adalah menggunakan gerak tubuh sesuai dengan teks khotbah yang tengah dibicarakan. Misal tentang kenaikan Tuhan Yesus, maka tangan harus diangkat tinggi-tingi untuk menunjukkan bahwa kenaikan Tuhan Yesus adalah ke kerajaan Sorga.

Sementara sikap sopan misalnya tidak mengarahkan telunjuk pada jemaat. Atau tidak memukul meja dengan keras, dan sebagainya. Dilarang keras karena mengakibatkan jemaat tidak nyaman. Dan, pada akhirnya jemaat tidak konsentrasi pada khotbah. Akan tetapi menimbulkan kritik dan dengki. 

Oleh sebab itu, saat menyampaikan khotbah agar bahasa tubuh terlihat sopan tapi tepat sasaran lakukan 3 hal berikut:

  1. Bersemangat dan sungguh-sungguh. Artinya, bila pun terjadi kesalahan teknis dan/atau non teknis namun tidak membuat kita jadi tegang atau grogi. 
  2. Luwes dan lugas. Hal ini adalah merupakan wujud dari keramahan dan kerendahan hati pengkhotbah.
  3. Gerakan bervariasi tapi tidak berlebihan. Tidak berlebihan disini maksudnya adalah tidak meniru gerakan-gerakan yang tidak menunjukkan citra Kristus Yesus.

5]. Mengatur tempo dan nada suara

Kita harus mengaminkan bahwa suara pengkhotbah adalah mewakili suara Tuhan, Oleh sebab itu setiap kata-kata yang terucap harus jelas, dan terdengar oleh seluruh jemaat dalam ruang ibadah. Dalam hal ini berarti kita harus mengatur nada dan tempo suara.

Nada suara pengkhotbah memang tidak boleh monoton. Akan tetapi harus diatur tinggi rendahnya sesuai dengan materi, teks dan konteks khotbah. Misal ketika menyampaikan tentang kematian Yesus, maka nada suara yang tepat adalah rendah. Tetapi tentang Yesus mengusir setan, maka nada suara harus tinggi.

Sementara itu mengenai tempo (cepat / lambat) suara. Pun mengacu pada materi, teks dan konteks khotbah. Contoh pada saat menyampaikan ilustrasi dalam khotbah, maka sebaiknya dilakukan dengan tempo cepat. Tetapi ketika menyampaikan kesimpulan khotbah, sebaiknya dengan tempo lambat.

Perpaduan antara nada dan tempo suara bagaimana?. Perlukan?. Jawabnya sangat perlu. Sebab dari sini lah akan terlihat seberapa besar penguasaan pengkhotbah terhadap materi yang disampaikan, penampilan dan bahasa tubuh. Sebagaimana dijelaskan pada poin 2 sampai 4.

Pengalaman penulis ketika menyampaikan khotbah, paling ideal tempo cepat dipadukan dengan nada suara tinggi. Sedangkan tempo suara lambat lebih pas dipadukan dengan nada suara lambat. 

6]. Melakukan kontak langsung dengan pendengar

Adalah bertujuan untuk membangun konsentrasi pendengar terhadap khotbah yang kita sampaikan. Selain itu bertujuan agar pendengar merasakan bahwa kehadiran mereka bagian dari khotbah tersebut. Kontak langsung bisa dilakukan dengan cara:

  1. Menyapa atau menanyakan kabar jemaat,
  2. Kontak mata dengan pendengar secara bergantian,
  3. Melibatkan jemaat membaca teks khotbah,
  4. Mengajak jemaat bernyanyi bersama,

Manfaat lain yang kita peroleh dengan melakukan kontak langsung, maka kita akan mengetahui sejauh mana tingkat antusiasme (konsentrasi/fokus) pendengar atas khotbah yang kita sampaikan. Bilamana dianggap sudah menurun, berarti mereka sudah mulai bosan. Oleh sebab itu, sebaiknya khotbah segera diakhiri. Dengan catatan poin-poin utama dan kesimpulan harus tetap disampaikan. 

Lagi menurut pengalaman penulis, bagian-bagian khotbah yang pantas dipotong untuk menghemat waktu (durasi khotbah) adalah latar belakang konteks dan selingan-selingan khotbah yang telah disiapkan sebelumnya.

Sebaliknya, andaikata tingkat konsentrasi jemaat tetap tinggi. Maka sebaiknya khotbah tidak dibuat semakin panjang. Alias ditambah-tambah. Tetapi cukup dibatasi pada materi beserta selingan-selingan khotbah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sebab hal tersebut mengakibatkan “mutu” khotbah berkurang, dan  sang pengkhotbah kemungkinan besar melenceng dari tema ibadah.

7]. Menutup khotbah 

Doa penutup saat khotbah sifatnya wajib. Untuk menyampaikan syukur kepada Tuhan atas berakhirnya tugas mulia yang dipercayakan kepada kita. Pula pada kesempatan itu, pendengar akan melakukan hal yang sama karena telah menerima Firman Tuhan dalam bentuk khotbah.

Harapan selanjutnya setelah khotbah, baik pendengar maupun sang pengkhotbah sendiri mau melaksanakan pesan-pesan khotbah dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, semoga dapat memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang yang tidak hadir pada ibadah tersebut. Setidaknya melalui ringkasan khotbah yang telah di share, atau yang ditampilkan pada proyektor. Supaya semakin banyak orang yang percaya pada Kristus Yesus,  

Kesimpulan akhir / Penutup

Pertama. Hemat penulis tidak penting seberapa banyak orang yang mendengar saat kita khotbah, dan mau melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Melainkan seberapa bagus kita mempersiapkan dan menyerahkan diri agar dipakai Tuhan berbicara ditengah-tengah jemaat-Nya melalui khotbah.

Kedua. Sebaik apapun persiapan yang kita lakukan sebelum menyampaikan khotbah, tidak menjadi jaminan bahwa kita tidak akan melakukan kesalahan. Kesalahan yang dimaksud adalah secara teknis dan non teknis. Secara teknis misalnya uraian khotbah tidak sistematis. Sedangkan kesalahan non teknis misalnya mengucapkan kalimat tidak jelas, atau terbata-bata.

Ketiga. Sukses tidaknya seorang pengkhotbah adalah ditentukan seberapa besar urapan Tuhan bagi dirinya. Dan hal itu bisa diukur si-pengkhotbah itu sendiri. Yakni berdasarkan seberapa banyak kesalahan yang dia lakukan.  Maka dari itu pula, hemat penulis setiap kritik negatif yang timbul pasca khotbah tidak perlu ditanggapi. Akan tetapi dijadikan pembelajaran untuk khotbah berikutnya. Puji Tuhan.


Referensi: Pembinaan Cst dan Csy GKPS Semarang. Tanggal, 7 Juli 2024 oleh Pdt.Philip Dexter Doloksaribu, STh,.MTh (Pendeta GKPS Resort Yogyakarta).

Posting Komentar untuk "7+ Hal Penting Ini Anda Perhatikan Saat Menyampaikan Khotbah Bagi Umat Kristen [Part 4 of 4]"