Pentingnya Berpikir Logis dan Tenang Dalam Menjalani Hidup [Mazmur 57:3]
Penulis kitab Mazmur 57:3 adalah raja Daud. Berbunyi: “Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku.”
Poin utama yang menjadi pokok renungan kali ini adalah upaya Daud ketika meminta pertolongan kepada Tuhan. Dengan dasar dan alasan apa?. Bukankah dia seorang raja yang memiliki segalanya, sehingga seharusnya bisa berbuat sesuka hati?.
Kemudian yang perlu kita refleksikan dalam hidup masa kini adalah hal-hal apa yang telah diselesaikan oleh Tuhan bagi kita?. Apakah yang berkaitan dengan keinginan hati kita saja, atau karena kita tetap bisa eksis memuji dan memuliakan nama-Nya?.
Pendahuluan dan latar belakang
Pada tanggal 1 Oktober 2022 yang lalu, negara Indonesia begitu dikejutkan saat terjadi tragedi di stadion Kanjuruhan Malang, yaitu insiden saat pertandingan dua grup sepak bola dan diakhiri dengan kekacauan, kericuhan, dan saling injak.
Menanggapi hal itu tanggal 4 Oktober 2022, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan bahwa jumlah korban jiwa akibat tragedi tersebut mencapai 131 orang. Bisa bayangkan kepanikan serta ketakutan yang terjadi pada saat itu. Oleh sesama penonton sepak bola, bahkan oleh pihak keluarga yang menjadi korban.
Kepanikan bisa membuat orang lupa untuk berpikir logis dan tenang. Kemudian mengambil jalan keluar tanpa memperhitungkan dampak buruk yang akan terjadi selanjutnya. Akhirnya membuat keadaan semakin kacau, dan tidak terkendali. Sama seperti insiden yang terjadi di stadion tersebut.
Penjelasan kitab Mazmur 57 ayat 3
Situasi kepanikan dan ketakutan juga pernah dialami Daud dalam sejarah kehidupannya. Kala itu ia mengalami intimidasi dari Saul. Saul ingin membunuh Daud, dengan alasan yang tidak jelas. Dalam Alkitab tidak dijelaskan apakan karena iri atau dendam pribadi. Tapi yang ditekankan adalah upaya Saul mengejar Daud.
Renungan hari mempunyai latar belakang keadaan saat Daud bersembunyi di dalam sebuah gua. Yiatu untuk menghindar dari kejaran Saul. Pada ayat sebelumnya, Daud menggambarkan pengejaran yang dilakukan oleh Saul adalah ibarat singa buas yang memiliki taring tajam, seperti tombak dan panah, serta lidah bagaikan pedang yang siap memangsa dan menghunus dirinya.
Lalu apa yang dirasakan Daud?. Apakah Daud cemas atau takut?. Jawabnya iya!. Sebab cemas dan takut adalah ekspresi dari setiap orang yang lemah, dan berada dalam kondisi terdesak (darurat). Terlebih Daud pada masa itu masih belajar dewasa. Mana mungkin berani melawan seorang raja.
Tetapi yang menarik yang dapat kita lihat dari sikap Daud. Daud tidak kehilangan ketenangan dan logikanya. Daud masih berpikir dengan jernih, serta tidak panik. Sikap itulah yang menyebabkan Daud selalu dapat mengambil tindakan yang tepat. Yaitu Daud berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, untuk meminta pertolongan dan kelepasan.
Pesan dari sikap Daud adalah bahwa keyakinan dan keimanannya kepada Tuhan tidak tergeser walaupun dalam kondisi darurat dan terdesak, serta ancaman yang mengelilinginya. Daud mengimani bahwa hanya kepada Tuhan ia berseru.
Keimanan itu semakin dibungkus dengan sebuah keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu menyelesaikan situasi darurat yang dialaminya. Daud menyadari kondisi dan keterbatasannya. Dia juga menyadari bahwa ia tidak berdaya menghadapi serangan dari Saul, tetapi Daud yakin bahwa ia akan mampu keluar dari situasi ini.
Karena ia memiliki Allah yang mampu mengeluarkannya dari situasi yang dihadapinya, dan hanya Allah yang mampu. Keyakinan ini mendorong Daud mengambil sebuah sikap yang tepat, yaitu berseru kepada Allah Yang Mahatinggi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Dalam kisah perjalanan hidup kita, ada kalanya kita juga berada dalam kondisi sulit, terjepit, atau darurat, yang menyebabkan kita cemas, panik, bahkan takut.
Refleksi dalam hidup
Belajar dari kisah Daud, seharusnya yang dilakukan oleh umat yang percaya adalah berseru dan memohon kepada Tuhan. Bahwa Dia adalah Allah Yang Mahatinggi, dan hanya Dia yang mampu menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi.
Keyakinan dan keimanan yang seperti itu sejatinya harus melekat pada umat percaya. Tidak ada yang mampu mengatasi persoalan kita di dunia ini kalau bukan Allah yang Mahakuasa dan Mahatinggi. Dalam segala sesuatu yang menimpa kita, kita harus memandang dan mengakui pekerjaan tangan Allah.
Allah itu Mahatinggi, tetapi Ia mau turun sampai sebegitu rendahnya untuk menjaga agar segala sesuatu bekerja demi kebaikan umat-Nya. Ini merupakan alasan yang baik mengapa kita, dalam segala kesusahan dan kesukaran kita, harus berseru kepada-Nya, tidak sekadar berdoa begitu saja, tetapi berdoa dengan sungguh-sungguh. Maka selamat berseru kepada Allah.
Ingat raja Daud, sekalipun ia telah memiliki segalanya tetapi ia tidak berlaku sombong dan mengandalkan kemampuan diri. Melainkan tetap memohon pertolongan dari Tuhan. Untuk menyelesaikan segala persoalan yang tengah ia hadapi. Bagaimana dengan kita?.
Posting Komentar untuk "Pentingnya Berpikir Logis dan Tenang Dalam Menjalani Hidup [Mazmur 57:3]"