Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Alasan-Nya Orang Kristen Lebih Baik Banyak Mendengar Dibanding Bicara [Amsal 10:19]

Ada 2 pepatah yang berkaitan langsung dengan renungan hari ini. Pertama, diam itu emas. Kedua, menunduk seperti padi. Emas dan padi adalah kebutuhan manusia. Satu sebagai kebutuhan pokok, dan satu lagi sebagai kebutuhan ekstra.

Alasannya Orang Kristen Lebih Baik Banyak Mendengar Dibanding Bicara Menurut Kitab Amsal 10:19

Dalam kehidupan manusia, siapakah yang dimaksud padi dan emas?. Apakah orang-orang malas atau orang rajin?. Apakah pembual atau yang berakal budi?. Mari kita bahas melalui kitab Amsal 10 ayat 19. Firman Tuhan: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”

Sekilas mengenai kitab Amsal 10 ayat 19

Allah memberi hikmat kepada semua manusia dengan ukuran yang berbeda-beda. Penerapan hikmat tersebut selain melalui tangan, kaki, kepala adalah melalui mulut. Nah, dalam ayat ini yang paling disorot adalah mulut, beserta organ-organ tubuh lain yang terdapat didalamnya.

Poin pertama yang dapat kita ambil pelajaran dari Amsal 10 ayat 19 ini adalah tentang penggunaan mulut. Raja Salomo selaku pribadi yang mendapat hikmat yang lebih dari Allah, sekaligus penulis kitab Amsal mengatakan bahwa terlalu banyak bicara ternyata tidak baik. 

Oleh sebab itu penggunaan organ tubuh yang berada di wajah ini harus kita jaga. Supaya kata-kata yang kita ucapkan tidak menyakiti orang lain. Tetapi menjadi kemuliaan bagi Tuhan. 

Sangat mudah dicerna ketika Salomo mengatakan, ketika kita bayak bicara maka pelanggaran akan banyak. Sebab semakin banyak kata-kata yang kita ucapkan, maka semakin berkurang kontrol kita terhadap kebenaran kata-kata tersebut.

Akhirnya orang yang mendengar secara langsung maupun tidak langsung menjadi tidak nyaman, dan bahkan tersinggung. Nah, oleh karena hal ini lah di ingatkan oleh Salomo agar mempertimbangkan setiap kalimat yang kita sampaikan. Supaya tidak melahirkan dosa bagi orang lain. Maupun dosa kita terhadap Tuhan. 

Dari renungan hari ini juga kita belajar, bahwa hanya orang-orang bodoh lah mau mengumbar kata-kata. Sementara orang yang berakal budi, dan berhikmat akan menahan bibirnya dalam setiap satu kata.

Lebih baik banyak mendengar dari pada banyak bicara

Salah satu ayat paralel kitab Amsal 10 ayat 19 adalah Yakobus 1:19. Berkata: "Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah". 

Kebenaran firman ini terbukti dalam diri Musa. Oleh sebab kata-kata yang dia ucapkan saat marah (tidak kontrol diri), ketika perjalanan keluar dari tanah Mesir bersama orang-orang Israel, maka ia dinyatakan tidak diizinkan masuk ke tanah perjanjian (Kanaan). 

Jadi semakin banyak berbicara, maka kita berpotensi besar untuk melakukan dosa, dan dalam  jumlah yang semakin banyak. Satu lagi, semakin keras volume kita berbicara, maka semakin besar pula peluang mengeluarkan kata-kata yang mengandung dosa .

Setiap kata yang kita ucapkan penting untuk dipertimbangkan. Kata-kata kita dapat mengandung kasih, sukacita, penguatan, dan pencerahan bagi sesama namun bisa juga melukai orang lain. 

Oleh sebab itu, sangat penting mempertimbangkan setiap kata-kata yang kita ucapkan. Seperti kata pepatah: "Jilat dulu bibir sebelum berbicara". Dengan kata lain, jangan ceplas-ceplos. Agar tidak disebut omon-omon.

Nasihat pemazmur tentang lidah

Ayat paralel yang lain adalah Mazmur 139 ayat 4. Silahkan saudara baca sendiri iya, dari dalam Alkitab. Disini penulis langsung mengambil poin-poin penting yang bisa jadi pembelajaran.

Pemazmur dalam ayat tersebut mengatakan bahwa orang yang bijak tidak selalu/harus mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya. Tetapi jika perlu, terlebih dulu ia bertanya kepada Allah tentang apa yang akan ia katakan.

Bertanya disini maksudnya mohon petunjuk. Agar perkataan yang kita sampaikan menjadi refleksi dari firman Tuhan, pula menunjukkan bahwa kita adalah orang yang telah dimateraikan dalam karya keselamatan. Penuh hikmat dan bijaksana.

Cara mengontrol mulut dan lidah

Pertanyaan, bagaimana caranya agar bicara terkontrol?. Jawabnya berdoa kepada Tuhan memohon doa pengendalian diri. Pengendalian diri disini bukan berarti pada saat marah saja, tetapi termasuk pemikiran-pemikiran negatif yang ada dalam hati. Supaya tidak terucap menjadi kalimat yang kotor, kasar atau menyakitkan orang lain.

Mari kita ingat kembali kata pepatah, “Mulutmu adalah harimaumu". Dan "lidah lebih tajam dari sebilah pedang". Jadi benar, setiap kalimat yang kita ucapkan memiliki kekuatan. Ada kalimat yang membangun atau memotivasi, namun ada pula yang merusak atau menjatuhkan. 

Mencari pekerjaan, atau membeli rumah yang baik berdasarkan saran dari seorang teman memang sering kita lakukan. Tetapi relasi kita dengan orang lain juga bisa hancur karena mendengar saran dari sahabat kita itu. Mengapa?. Karena hal-hal yang tidak perlu kita sampaikan tentang orang lain, sering kita ceritakan kepada teman-teman kita. Alias gosip. 

Oleh sebab itu raja Salomo berpesan agar menahan bibir. Sementara Yakobus juga berpesan agar lebih banyak mendengar dibanding bicara. Lalu, Pemazmur berkata lebih dulu minta petunjuk dari Tuhan sebelum berkata-kata. Komplit bukan!.  

Bila kita memohon kepada Tuhan untuk mengendalikan mulut kita, maka di sanalah kita akan menyadari betapa pentingnya mengatakan apa yang kita maksud secara jelas, dan menjelaskan apa maksud dari yang kita katakan.

Dengan demikian tentu tidak terjadi miskomunikasi, atau salah pengertian diantara sesama. Pula, tidak terjebak dalam kata-kata manis seseorang. Pula kita juga harus berhati-hati, agar orang lain tidak terluka oleh kata-kata kita yang sembarangan. Tuhan memberkati.

Posting Komentar untuk "Ini Alasan-Nya Orang Kristen Lebih Baik Banyak Mendengar Dibanding Bicara [Amsal 10:19]"