Sang Gembala Yang Bertubuh Mungil Menjadi Raja Atas Israel Setelah Mengalahkan Goliat
Menjadi raja atas sebuah bangsa tidaklah mudah. Tetapi harus melalui perjuangan dan rintagan yang sangat besar. Seperti yang dialami oleh Daud waktu itu. Ketika ia mulai berumur belasan tahun telah terbiasa berhadapan dengan dunia luar yang kejam dan buas. Namun hal itu juga yang membuatnya semakin dekat dengan Tuhan, dan memperoleh keberanian.
Seperti yang tertulis dalam ayat renungan hari ini yang terambil dari 1 Samuel 17 : 45 berkata: "Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu; "engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu"
A. Latar belakang / Sejarah
Punguan yang dikasihi Tuhan. Bicara 1 Samuel 17:45 sangat relevan dengan kehidupan orang Kristen dari zaman ke zaman. Bahkan ayat ini bisa dijabarkan dari berbagai sudut pandang dan persoalan.
Nats ini sebenarnya sudah pernah saya tulis dalam sebuah artikel, dan di muat di website gembalabaik. Dengan topik "Menjadi Pemenang Dalam Segala Pergumulan Hidup". Dan kali ini ingin saya bahas kembali, tetapi dari sudut pandang sejarah dan konteks kehidupan orang Kristen masa kini.
1. Siapa orang Filistin itu?
Secara komunal jawabnya adalah bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Dan secara personal yang dimaksud adalah = Goliat. Daud dengan Goliat ditinjau dari segi fisik dan pengalaman perang, boleh kita analogikan bagai langit dan bumi. Daud kalah jauh.
Namun dari segi iman, ia justru jauh lebih mapan. Melebihi iman yang dimiliki oleh tentara Israel saat itu. Mengapa saya sebut mapan?. Karena ia mengenal betul siapa Tuhannya. Hal tersebut terlihat jelas dari ultimatum yang ia sampaikan dengan lantang. 'Aku mendatangi engkau dengan Tuhan semesta alam. Allah orang Israel yang engkau olok-olok.
Jadi, arti kata "tantang" dalam ayat ini adalah memperolok. Alias tidak mengakui. Hal itu sekaligus sebagai bukti bahwa orang Filistin mula-mula adalah orang yang tidak mengenal Allah. Alias penyembah berhala.
2. Siapa Daud?
Daud adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Orang tuanya adalah tergolong kaum bangsawan. Dan pekerjaan sehari-harinya adalah gembala kambing dan domba milik keluarganya.
Hal ini sekaligus sebagai koreksi bagi kita. Orang tua di kampung sering menganggap agar anak "siampudan" itu cukuplah sebagai "penjaga gawang". Ternyata pemikiran tersebut salah total. Anak bungsu juga seorang pemberani/fighter.
Sekilas tentang profesi gembala pada saat itu (PL), ada 3 kelompok :
1. Profesi gembala sebagai pegawai kerajaan - kambing domba berada dalam kandang yang luas, sehingga aman dari hewan buas. Lalu para penjaga nya pun dilengkapi dengan senjata layaknya sebagai pasukan perang.
2. Gembala oleh/milik pribadi . Contohnya Daud. Kambing domma milik orang tuanya ia gembalakan pada siang hari di padang, lalu malam digiring masuk ke dalam kandang.
3. Gembala upahan. Ini adalah kasta paling rendah, karena kambing domba yang ia gembalakan adalah milik orang lain, dan tidak punya kandang sama sekali.
Persamaan dari ketiga kategori ini adalah para gembala sama-sama tidur di padang. Maka, kalau kita tarik dalam kitab PB. Berita kelahiran Yesus Kristus pertama sekali disampaikan oleh malaikat. Adalah kepada gembala nomor 3. Bukan kepada gembala kategori nomor 1 dan 2.
3. Dari mana datangnya keberanian Daud?
Ketika Daud melawan Goliat umurnya masih 13-15 tahun (remaja). Dan pertama sekali baginya berada di tengah-tengah 2 kelompok tentara yang bersitegang.
Kalau pada saat itu yang akan ia hadapi adalah manusia (Goliat). Di padang belantara selama ini sebenarnya Daud sudah sering "berperang". Tetapi menghadapi singa, beruang, dan serigala.
Jadi, substansinya sama. Oleh sebab itu Daud sangat yakin Tuhan menyertai dia. Ketika ia mampu menjaga kawanan domba milik ayahnya dari serangan binatang buas. Maka ia pun akan sanggup menjaga "kawanan domba" milik Tuhannya. Yaitu orang Israel dari penjajahan bangsa Filistin.
B. Siapakah Daud masa kini, dan peperangan apa yang akan dihadapi?
Daud masa kini adalah semua orang percaya. Yang telah mendapat keselamatan dari Yesus Kristus melalui Allah Bapa, dan urapan melalui Roh Kudus.
Peperangan yang kita hadapi masa kini adalah untuk mengembalikan Gereja pada tempat sebagaimana mestinya. Seperti tertulis dalam 1 Korintus 3:16-17; 1 Korintus 6:19 & Wahyu 21:22. "Tubuh kita adalah Bait Allah yang hidup".
Dalam kitab PL yang dimaksud Bait Allah adalah PUSAT peribadatan orang Yahudi. Bangunan ini pertama sekali di bangun pada zaman Raja Salomo. Jadi, generasi berikutnya setelah Raja Daud.
Sebenarnya Raja Daud pun punya cita-cita agar bisa membangun Bait Allah. Tetapi saat itu, ia tidak mendapat restu dari Tuhan. Dengan alasan tangan Daud penuh darah. Penuh darah artinya terlalu banyak manusia yang ia bunvh saat perang. Oleh sebab itu, yang dapat ia realisasikan adalah sebuah Kemah Suci, atau.sering disebut Kemah Daud.
Kategori rumah penyembahan dalam PL ada 2 yaitu: 1]. Kemah Suci (sudah ada sejak Nabi Musa), dan 2]. Bait Suci/Allah.
Nah, Bait Allah sendiri menurut kepercayaan Yahudi ditetapkan hanya 1. Yang berada di Yerusalem. Yang mana saat ini tetap menjadi perseteruan 3 agama.
Bait Allah tersebut sejak dahulu menjadi KIBLAT rumah pemyembahan-penyembahan umat Yahudi yang berkategori Kemah (Sinagoge).
B.1. Refleksi #1; Setia pada perkara keci
Mengapa perlu saya ulas sejauh itu?. Karena banyak orang Kristen saat ini menjadikan kepercayaannya hanya sebatas status. Parahnya lagi khusus orang Batak, tidak sedikit yang menganggap posisi Gereja adalah lebih rendah dibanding Adat.
Fenomena ini sudah terjadi di kota Semarang. "Porlu nan do ibana mangihuti acara Arisan Marga dohot pesta Adat, daripada Partamiangan manang kegiatan-kegiatan Gereja na sandiri" (bahasa Batak Toba). Dampaknya apa?, Membawa kebaikan kah, atau justru menimbulkan disintegrasi sosial?.
Saya tidak menjawab secara eksplisit. Tapi yang jelas, ketika kita sudah mementingkan urusan duniawi dibanding urusan sorgawi. Maka di situ lah awal mula kita menjadi Kafir. Alias menjadi bagian dari bangsa Filistin, bukan sebagai bangsa Israel.
Karena Bait Allah yang kita komplein ada dalam diri kita, ternyata kita sendiri yang menyangkal, dan menutup ruang bagiNya (Roh Kudus), agar bertumbuh dan berdampak terhadap orang lain.
Kalau begitu, bukan tidak mustahil. Merujuk pada pertanyaan diatas. Siapakah Filistin masa kini?. Jawabnya, adalah orang-orang Kristen sendiri.
Maka ayat ini berpesan. Perangilah lebih dahulu keinginan-keinginan daging dalam dirimu. Sebelum engkau membela agama mu mati-matian. Ayat pararelnya Lukas 16:10. "Barang siapa setia pada perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar".
Artinya barang siapa terbiasa menyelesaikan urusan-urusan kecil, maka tidak mustahil baginya bisa menyelesaikan urusan yang sangat besar.
B.2. Refleksi #2; Berani mengambil tanggungjawab yang lebih besar.
Tuhan sering memakai seseorang jadi pelayanan (perpanjangan tangan) Nya, baik di gereja sebagai majelis. Atau, di tengah-tengah masyrakat sebagai teladan. Buka di dasari oleh umur dan pengetahuan. Tapi sejauh mana orang tersebut mengenal, dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Semarang adalah menjadi Sinode Gereja bidat yang bernama Kristen Tauhit. Mereka tidak mengakui Allah Triunggal. Sama dengan Aliran Oneness, dan Nestarian.
Bidat = penyangkalan terhadap kebenaran yang diajarkan oleh Gereja. Jadi bidat itu belum dikategorikan sama dengan Sesat. Tetapi 1 level dibawahnya. Dan tidak menutup kemungkinan, lambat laun akan menjadi sesat. Sama dengan Saksi Yahowa.
Pertanyaannya. Sejauh mana "perang" kita terhadap pemikiran-pemikiran yang bidat ini?. Apakah secara pribadi kita pernah mendoakan mereka?. Pasti tidak!. Saya lihat organisasi Gereja pun tidak berbuat apa-apa akan hal ini.
Lalu, pertanyaan nya muncul kembali. Apakah kita layak disebut Bait Allah yang hidup. Sementara kita biarkan saudara kita belum menemukan kebenaran yang sesungguhnya?. Atau, jangan-jangan dalam pikiran kita Bait Allah yang dimaksud adalah berlaku personal!.
Jikalau demikian. Berarti sia-sia lah teladan yang diperlihatkan Daud melalui 1 Samuel 17:45 ini. Kalau hanya diri kita yang perlu kita selamatkan, sesungguhnya kita tidak perlu menjadi pengikut Kristus.
Oleh sebab itu, sama seperti Daud. Tidak lama setelah mengalahkan Goliat, ia diantik Samuel jadi raja atas bangsa Israel. Ambillah tanggungjawab yang lebih besar. Supaya berkat Tuhan makin besar ditambahkan atas kita. Amin.
Posting Komentar untuk " Sang Gembala Yang Bertubuh Mungil Menjadi Raja Atas Israel Setelah Mengalahkan Goliat"