Tuhan Membenci Dosa Namun Bukan Orang Yang Melakukannya [Mikha 7:8]
Seharusnya sesuai dengan ajaran Firman Tuhan manusia satu dengan yang lain harus saling mengasihi. Bukan justru membangkitkan kebencian, iri dan dengki bagi sesama. Sebab Tuhan membenci dosa, namun mengasihi orang-orang yang gemar melakukan Firman. Sebagaimana Ia tunjukkan dalam renungan kali ini.
Latar belakang kitab Mikha 7:8
Mikha adalah seorang nabi yang melayani di tengah-tengah bangsa Israel. Saat itu ia harus turut menanggung hukuman dari Tuhan bukan karena dosa atau kesalahan yang ia buat. Tapi karena perbuatan bangsa pilihan Tuhan tersebut.
Perilaku hidup orang Israel era nabi Mikha mengalami penurunan yang sangat drastis. Dan boleh dibilang paling bobrok, serta porak poranda. Kejahatan merajalela dimana-mana, bahkan dikatakan pada ayat-ayat sebelumnya. Kasih antara sesama kerabat/keluarga pun tidak ada lagi.
Oleh sebab itu, Mikha menerima hukuman tersebut sebagai konsekuensi seorang Nabi. Yaitu bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dimana ia adalah sebagai seorang pemimpin rohani. Seharusnya bisa mencegah, agar dosa tidak semakin merajalela.
Semangat, harapan dan janji pengampunan dosa
Kitab Mikha 7 ayat 8 berkata demikian: “Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, Tuhan akan menjadi terangku”. Lalu, mari kita hubungkan dengan topik “Tuhan membenci dosa namun bukan orang yang melakukannya”.
Ketika Mikha mengatakan jangan bersukacita hai musuhku, hal itu mengandung makna bahwa ia telah siap menjalani hukuman. Bahkan ia menganggap penderitaan tersebut sebagai bahan pembelajaran, perhatian dan bentuk kasih saya Tuhan kepadanya. Sehingga ia tidak berontak, atau berkata Tuhan tidak adil.
Justru sebaliknya, musuh yang dimaksud Mikha disini adalah bukan pada pribadi-pribadi yang melakukan dosa, tapi roh jahat (iblis) yang bersemayam dalam hati dan pikiran manusia. Termasuk yang ada dalam dirinya sendiri. Sebab walau sebagai hamba Tuhan, ia menyadari roh jahat juga ada dalam dirinya.
Oh iya, nats ini tidak menjelaskan secara gamblang bentuk penderitaan/hukuman apa yang diterima oleh nabi Mikha. Namun, bila kita tafsirkan dari kata duduk dalam kegelapan, berarti Mikha dalam situasi tidak tahu arah, dan/atau bagaimana cara mengatasi kejahatan-kejahatan yang dilakukan bangsa Israel. Maka satu-satunya jalan adalah menunggu perintah/petunjuk dari Tuhan.
Pada kondisi seperti itu, ia tetap semangat dan menaruh harapan yang sangat besar kepada Allah sang Hakim Agung. Supaya bersedia memberi pengampunan kepada dia, dan bangsa Israel. Sehingga bisa bangkit kembali dari keterpurukan akibat dosa, dan melakukan hal-hal yang benar dihadapan Tuhan.
Refleksi dan aplikasi kehidupan umat Tuhan masa kini
Merujuk pada nats yang tertulis dalam Kitab Mikha 7 : 8 ini. Kehidupan orang-orang Kristen saat ini juga tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh nabi Mikha. Yaitu harus menerima sebuah konsekuensi atas kesalahan orang-orang disekitar kita. Misalnya pada saat bayar denda pajak kendaraan. Padahal yang memakai kendaraan tersebut adalah saudara kita.
Poin kedua yang sering kita alami adalah cemooh orang lain, karena kita melakukan sebuah kesalahan. Seperti pepatah yang mengatakan: “senang melihat orang susah, susah melihat orang senang”. Hal ini sering terjadi dalam dunia kerja, dan persaingan bisnis. Dimana orang-orang akan mencari-cari kesalahan kita, supaya bisa mereka manfaatkan untuk menjatuhkan kita.
Mengapa orang senang dengan penderitaan orang lain, dan susah atas kebahagiaan orang lain?. Jawabnya karena karena tidak ada lagi kebersamaan. Melainkan ego dan genngsi telah menguasai akal dan pikiran manusia. Sama seperti yang terjadi pada bangsa Israel.
Akhirnya jurang pemisah semakin dalam, serta status sosial/ekonomi semakin timpang. Akibatnya orang kaya semakin sombong, dan orang kuat (status) semakin arogan. Siapa yang jadi korban?. Tentu orang-orang yang miskin (lemah).
Situasi seperti inilah yang dilihat oleh nabi Mikha pada saat itu, juga saat ini agar kita jadikan sebagai introspeksi. Ia menyerukan agar bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Sebab Tuhan membenci dosa, namun tetap mencintai orang berdosa. Yaitu dengan cara memberi kesempatan untuk berubah dari perbuatan-perbuatan jahat yang pernah ia lakukan.
Pentingnya komitmen untuk meninggalkan dosa
Jatuh bangun dalam kehidupan pasti sering kita alami. Demikian juga berada dalam kesulitan-kesulitan yang membuat kita merasa dunia ini gelap gulita. Pada saat mengalami hal tersebut, kepada siapakah kita menaruh pengharapan?. Kepada orang tua, dukun, atau kepada Tuhan?.
Dalam konteks ini nabi Mikha memberi contoh yang benar. Yaitu menyerahkan seluruh pergumulan hidupnya hanya keapda Tuhan. Sekalipun pertolongan dari Tuhan tidak diketahui kapan datang. Tetapi ia yakin bahwa akan tiba waktunya yang tepat. Oleh sebab itu ia harus sabar menunggu.
Kesabaran yang di tunjukkan oleh nabi Mikha sebenarnya merupakan pernyataan iman. Dengan penuh keyakinan dengan mengatakan, “aku akan bangun pula.” Kata akan disini berarti suatu saat terjadi. Yaitu hari pemulihan dari Tuhan bagi mereka (Mikha dan orang Isreal).
Bagaimana dengan saudara-saudara?. Apakah masih menaruh pengharapan kepada manusia?. Bukankah manusia sendiri yang menjadi pelaku dosa, dan yang harus mendapat pengampunan?. Supaya beroleh keselamatan, hidup damai dan sejahtera?.
Meninggalkan dosa bukan suatu pekerjaan yang sulit. Kita hanya memerlukan sebuah komitmen yang kuat, dan selalu mohon bimbingan Tuhan. Agar tidak tergoda, dan jatuh dalam dosa. Se-simple itu saja saudara!. Tidak butuh modal besar. Serta tidak butuh alat khusus.
Penutup dan anjuran
Mari kita jadikan pernyataan iman nabi Mikha, menjadi pernyataan iman kita juga. Untuk meninggalkan dosa. Tuhan akan menjadi terang bagi jalan yang kita lalui, baik pada saat siang maupun malam hari. Baik pada saat istirahat (tidur/duduk), maupun sedang bekerja.
Mari segera berubah, dan berbuah. Sebagai bukti bahwa kita telah menyerahkan seluruh hidup kita pada tuntunan Tuhan. Dengan demikian apa yang kita kerjakan akan menjadi hal yang berkenan bagi Dia. Sehingga tidak sia-sia Tuhan memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Tuhan membenci dosa kita.
Posting Komentar untuk "Tuhan Membenci Dosa Namun Bukan Orang Yang Melakukannya [Mikha 7:8]"