Cara Menjadi Pemimpin Yang Benar Dan Disukai Oleh Tuhan Begini Ternyata [Yehezkiel 45 Ayat 9]
Salah satu hal yang tidak disukai dari seorang raja adalah kebijakan yang dibuat. Kadangkala bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan agama. Demi tercapai kepentingan diri sendiri maupun kelompok. Dan akhirnya yang menjadi korban adalah rakyat kecil.
Sebaliknya juga demikian, jika sang raja berlaku kebijaksanaan. Maka ia pasti sangat disenangi. Bukan oleh rakyat saja, tapi termasuk Tuhan Allah. Dengan kebijakan-kebijakan yang ia buat, otomatis suasana damai dan sejahtera akan tercipta. Dan hubungan antara rakyat dengan raja akan jadi baik.
Latar belakang kitab Yehezkiel 45 : 9
Yehezkiel adalah seorang nabi yang bertugas di tengah-tengah bangsa Israel. Sementara raja yang dipercaya memimpin bangsa itu adalah raja yang korup. Tidak bijaksana, dan tidak melakukan apak kehendak Tuhan. Melainkan hal-hal yang merugikan rakyat.
Sang raja dan jajarannya, melakukan praktik pemerasan secara sistematis. Salah satu dengan melakukan kecurangan pada takaran dan alat-alat timbang barang. Sehingga setiap orang yang menggunakan timbang, yang disediakan oleh pemerintah tersebut akan rugi. Sebab berat barang akan berkurang dari kenyataan.
Dalam hal ini rakyat dirugikan karena praktik jual beli barang saat itu di monopoli oleh raja. Akhirnya setiap jual beli barang harus melalui raja. Sehingga rakyatnya mengalami kerugian yang sangat besar. Lain dari sisi harga, dari berat barang terjadi pengurangan yang sigfnifikan.
Praktik kedua adalah mengenai persembahan korban di Bait Suci. Diminta agar disalurkan melalui kerajaan. Seharusnya adalah langsung kepada imam-imam Bait Suci. Sebab mereka lah yang bertugas untuk menjaga perjanjian, dan perdamaian dengan Allah (ayat 13-15). Bukan raja.
Dari sini kelihatan jelas sifat serakah raja Israel. Ia mengeluarkan kebijakan kepada rakyat, maupun kepada para imam. Dengan cara tipu daya. Supaya ia bisa memperkaya diri sendiri. Sementara rakyat semakin tak berdaya. Karena tetap diperas.
Pemimpin yang disukai oleh Tuhan ternyata begini
Kitab Yehezkiel 45 ayat 9 “Beginilah firman Tuhan Allah: ”Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan Allah.”
Mari perhatikan kata-kata yang berakhiran "lah" pada ayat tersebut. Ada 4, yaitu: 1]. Cukup-lah, 2]. Jauhkan-lah, 3]. Lakukan-lah, dan 4]. Hentikan-lah. Semua berupa kata perintah, yang sangat terstruktur. Yaitu diawali dengan kata dasar cukup, lalu jauhkan, lakukan, dan hentikan.
Makna dibalik kata-kata tersebut adalah situasi yang telah melebihi batas. Tidak bisa ditolerir, dan Allah sudah murka atas perbuatan tipu-tipu raja dan jajaran. Saya pakai kata jajaran karena raja tidak melakukan aksi tersebut sendirian. Tapi, bersama-sama dengan bawahan. Sehingga sangat ter-organisasi.
Tuhan suka pada pemimpin yang pro dengan rakyat kecil. Yaitu rela berkorban untuk membela, membantu dan mengayomi rakyat. Bukan malah menindas, memeras, bahkan mengusir dari tempat yang ia miliki.
Perlu diketahui praktik pengusiran memang dilakukan secara langsung. Tapi, dengan cara halus dan masif. Aksi pemerasan tersebut lambat laun membuat rakyat makin sengsara. Lalu, karena mereka tidak bisa membayar pajak, maka suatu ketika mereka akan diusir oleh raja.
1. Menegakkan keadilan
Oleh sebab itu, Tuhan memerintahkan raja agar berlaku adil, dan menegakkan kebenaran. Melakukan keadilan maksudnya menjalin hubungan baik dengan rakyat, dengan cara memberikan apa yang sebenarnya menjadi hak rakyat.
Lembaran lama harus segera ditutup. Dan diganti dengan lembaran baru. Yang sesuai dengan ajaran, perintah, dan kehendak Allah. Sikap Allah melalui nabi Yeremia sangat tegas, namun sesungguhnya masih berupa teguran. Sehingga harus dipatuhi oleh raja.
Menegakkan keadilan harus dilakukan menyeluruh, bukan sepotong-sepotong atau bertahap. Yaitu mulai dari hal-hal terkecil dimana ditemui ketidakadilan. Dalam hal ini adalah alat takar, dan alat timbang barang. Lalu, petugas pajak, hingga pada "raja-raja" kecil yang berada di daerah.
2. Melakukan kebenaran
Syarat kedua. Pemimpin yang disukai oleh Tuhan adalah yang melakukan kebenaran. Kebenaran maksudnya disini adalah menyangkut tugas dan wewenang sang raja yang sebenarnya. Bukan mengambil alih wewenang orang lain. Seperti yang ia lakukan pada imam-imam Bait Suci.
Sebagaimana diketahui sistem kepemimpinan pada bangsa israel boleh disebut terbagi 2, yaitu raja dan imam/nabi. Raja bertugas dalam hal menjalankan sistem pemerintahan dunia. Sedangkan nabi dan iman-imam bertugas menjaga hubungan baik (perdamaian / perjanjian) antara bangsa Israel dengan Tuhan.
Maka dari itu, persembahan korban merupakan salah satu "media komunikasi" antara orang Israel dengan Tuhan tidak boleh diberikan kepada raja. Lalu, setelah dari raja diberikan kepada Imam-imam. Bukankah praktik ini menyalahi aturan?.
Bayangkan kalau hal yang sama terjadi saat ini. Ketika kita ingin memberi persembahan ke gereja, namun melalui pihak Kelurahan, atau Kecamatan lebih dulu. Apakah jemaat tidak protes?. Jadi, dalam hal ini yang dirugikan bukan saja gereja. Tapi, masyarakat.
Sejatinya alamat pemujaan adalah kepada Allah (di Bait Suci), yang diwakilkan melalui hamba-hambaNya. Bukan kepada raja (tahta kerajaan dunia). Maka dari itu, Tuhan memerintahkan raja agar merubah sistem/kebijakan yang telah dibuat. Karena tidak sesuai dengan kebenaran.
[Refleksi] Hidup umat Tuhan yang benar
Apa yang terjadi pada bangsa Israel kala itu, sering pula kita temui saat ini. Bahkan kita alami sendiri. Dalam hal ini bisa saja posisi kita sebagai rakyat, namun tidak menutup kemungkinan sebagai pengambil kebijakan. Misalnya sebagai pejabat dalam pemerintahan, atau gembala pada sebuah gereja.
Perikop ini mengajarkan betapa pentingnya harmonisasi dalam sebuah komunitas. Yang berlandaskan keadilan dan kebenaran Firman. Supaya tidak ada satu pun pihak yang dirugikan, dan diuntungkan. Tapi, sama-sama menikmati berkat yang berasal dari Tuhan, sesuai dengan porsi masing-masing.
Tuhan tidak membenarkan umat memanfaatkan jabatan, kekayaan dan lain sebagainya untuk kepentingan diri sendiri. Apalagi sampai mengambil alih kemuliaan Tuhan. Seperti yang dilakukan raja dalam kitab Yehezkiel 45 : 9 ini.
Tuhan sangat baik, sehingga hanya memberi teguran keras. Tapi tidak mustahil Tuhan akan menjatuhkan hukuman, jikalau kita tetap bersikeras. Oleh sebab itu, jadilah umat yang benar. Supaya di sayang Tuhan.
Posting Komentar untuk "Cara Menjadi Pemimpin Yang Benar Dan Disukai Oleh Tuhan Begini Ternyata [Yehezkiel 45 Ayat 9]"