Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tuhan Maha Baik, Pemimpin Yang Bijak Dan Penghibur [Yeremia 31 : 7 - 9]

Seorang pemimpin yang baik dan bijak, selain memberi teladan, dia juga selalu menciptakan suasana yang nyaman bagi orang-orang yang ia pimpin. Lalu, menolong dengan kasih, dan menghibur mereka kala dalam duka. Dengan demikian tidak ada yang merasa tersisih, atau kurang diperhatikan.  

Implementasi kepemimpinan yang baik, perasaan yang sedang tersisih, dan contoh-contoh orang yang tidak diperhatikan. Cocok kita pelajari akhir tahun 2023 ini. Melalui renungan Firman yang tertulis dalam kitab Yeremia 31 ayat 7 sampai 9. 

Latar belakang kitab Yeremia 31 ayat 7 - 9

Sepintas kita baca ayat 7, menandakan kondisi yang dialami bangsa Israel adalah sedang dalam sukacita. Alias baik-baik saja. Tapi, apakah benar demikian?. Jawabnya tidak!. Sesungguhnya  ayat 7-9 adalah sebuah nubuat. Atau gambaran tentang situasi yang bakal dialami oleh bangsa Israel, pada masa yang akan datang. 

Berkaitan dengan latar belakang Firman, ada 3 poin penting yang terjadi saat itu, sebagai berikut: 

A. Pemerintahan bangsa Israel

Saat Firman ini diperdengarkan oleh Yeremia, pemerintahan/kerajaan Israel sudah terbagi 2. Yaitu:

  1. Israel Selatan, terdiri dari 2 suku. Yakni suku Benyamin dan Yehuda. Dan, dipimpin oleh keturunan Daud. Mereka tetap setia pada Tuhan.
  2. Israel Utara, terdiri dari 10 suku. Mereka tidak dipimpin oleh keturunan Daud. Dan, tidak setia pada Tuhan.

Perpecahan tersebut menandakan pemimpin-pemimpin bangsa Israel sebelumnya tidak akur. Dan, membuat kondisi mereka (Israel Selatan dan Utara) semakin lemah. Di mata musuh (bangsa lain), maupun dihadapan Tuhan.

Oleh sebab itu, Tuhan berencana menjadi pemimpin langsung atas bangsa Israel. Supaya mereka dipersatukan kembali. Tertulis pada ayat 8a, dan 8b; "Aku akan membawa mereka dari Tanah Utara, dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi". Ujung bumi maksudnya adalah Selatan.

B. Keberadaan orang Israel

Fakta berikutnya. Tidak berapa lama setelah kerajaan Israel terbelah 2. Tuhan menjatuhkan hukuman atas mereka. Melalui raja Nebukadnesar. Sehingga sebagian besar orang Israel ditawan di Babel. Sebagian lagi dibuang ke Asyur, dan ada pula yang tetap tinggal di Yerusalem, dan Yehuda.

Jadi, keberadaan orang Israel saat itu sungguh porak-poranda. Anak berpisah dengan orang tua, istri terpisah dari suami, dan harta benda dijarah oleh bangsa Babel, dan Asyur. Semua tatanan kehidupan berubah total, dibawah kendali bangsa Lain.

Belum lagi kondisi pasukan Israel yang menjadi korban. Pada saat melakukan perlawanan. Selain banyak yang meninggal, juga banyak yang lumpuh dan buta. Sehingga benar-benar tak berdaya.

Hal ini digambarkan pada ayat 7, kalimat terakhir: "sisa-sisa Israel". Kata sisa disini bukan sekedar menjelaskan tentang jumlah orang Israel. Tapi termasuk semangat untuk bertahan, dan harapan untuk menunggu pertolongan Tuhan.

C. Peran Yeremia

Yeremia adalah seorang nabi, keturunan dari suku Lewi. Sebelum Tuhan menyerahkan bangsa Israel ke bangsa Babel, ia melayani Tuhan di Kerajaan Israel Selatan. Padahal suku Lewi sebenarnya masuk dalam wilayah kerajaan Utara.

Akan tetapi, karena Israel Utara sudah menyembah allah lain, dan tidak mengindahkan nasihatnya. Akhirnya nabi Yeremia tinggal dan menjadi imam di Israel Selatan. 

Lalu, setelah kedua kerajaan takluk, ia pun turut jadi tawanan dan dibawa ke Babel. Dan, dari sana ia mendapat penglihatan bahwa kondisi bangsa Israel akan kembali baik lagi. 

Oleh sebab itu ia menyerukan agar bersorak-sorai dan bersukaria (ayat 7a). Jadi, kata bersorak-sorai dan bersukaria sebenarnya bukan menggambarkan kondisi hati bangsa Israel saat itu. Tapi, sebagai penyemangat.

[Refleksi] Tuhan Maha Baik, bijak dan belas kasih

Ada 2 gambaran perasaan orang Israel pada saat raja Babel berkuasa atas mereka. Dan, Tuhan menunjukan kebaikan dan belas kasih atas mereka, antara lain:

1. Sebagai orang-orang yang terisih

Tersisih sama dengan tersingkir, atau dengan sengaja dikeluarkan dari suatu kumpulan. Contoh seorang yang mengalami PHK, dikeluarkan dari sekolah/kampus, dan termasuk pula tidak lulus seleksi. 

Nah, orang-orang Israel yang merasa tersisih pada waktu itu adalah mereka yang dikeluarkan dari tanah kelahiran mereka, dan ditawan di negeri orang selama kurang lebih 70 tahun. 

Namun demikian Tuhan tetap menyertai mereka, hal itu terbukti melalui penglihatan yang diberikan kepada nabi Yeremia. Bahkan sebagai bukti kebersamaan Tuhan dengan mereka, iman itu Tuhan izinkan berada.ditengah-tengah mereka. 

Jadi, sebesar apapun pelanggaran yang kita lakukan. Tuhan tidak pernah menyisihkan kita dari persekutuan. Maka dari itu, ketika kita mengalami satu pergumulan berat, jangan pernah patah semangat. Apalagi men-justice diri sudah disingkirkan Tuhan. Tidak pernah!.

Sesekali Tuhan memang mengizinkan kita dicobai oleh iblis, tapi pencobaan itu tidak pernah melebihi batas kemampuan kita. Pun, sesekali Tuhan membiarkan kita agar bisa menyelesaikan persoalan sendiri. Tapi sebenarnya tidak demikian. Sebab Roh Kudus sudah ada dalam diri kita masing-masing. Bertugas sebagai penolong, dan penghibur.

2. Sebagai orang-orang yang diabaikan

Orang tersisih beda dengan orang yang diabaikan. Orang yang diabaikan adalah orang yang keberadaannya tidak dianggap penting, padahal terkait secara langsung pada tempat, atau kejadian. Contoh anak kuliah. Ketika kiriman belanja dari orang tua tak kunjung datang. Maka, sang anak akan merasa telah diabaikan.

Ada pula contoh lain. Pengalaman pribadi saya, ketika mengajukan penawaran pekerjaan konstruksi baja. Setelah follow up beberapa kali ke klien, tapi tetap saja tidak ada tanggapan. Maka dengan sendirinya saya beranggapan bahwa pengajuan penawaran saya sudah diabaikan.

Demikian halnya dialami oleh orang Israel yang tinggal di Yerusalem dan Yehuda. Mereka merasa diabaikan padahal berada di tanah kelahiran sendiri?. Yang kebanyakan dari.mereka adalah kaum-kaum lemah. Pada ayat 8 digambarkan adalah kaum perempuan. Siapa yang mengabaikan?. Yaitu pemimpin-pemimpin/tokoh-tokoh Israel yang berada di pembuangan Babel. 

Tapi, Tuhan tidak tinggal diam dan membiarkan bangsa itu tercerai berai secara fisik, maupun secara sosial-psikologis. Ia maha kuasa, baik, bijak dan belas kasih. Berjanji akan membawa, dan mempersatukan mereka kembali.

Dan, hal itu Tuhan genapi dalam kitab Yesaya 45 : 1-7. Mengenai kisah penggenapan tersebut boleh saudara baca melalui tautan ini. Bukti bahwa Tuhan.berkuasa atas segala ciptaan, serta bagaimana cara Tuhan melepaskan bangsa Israel dari Bebel ada dalam artikel tersebut.

[Aplikasi] Hidup baru ditandai dengan rencana dan komitmen yang baru

Tinggal menghitung jam, dan besok kita sudah menginjakkan kaki pada tahun 2024. Tentu banyak kejadian masa lalu yang membuat kita takjub, atas pertolongan dan berkat-berkat yang Tuhan berikan kepada kita.

Pula, tak sedikit diantara kita yang merasa kesal. Karena sering tersisih, atau diabaikan dalam setiap keadaan. Sehingga ingin segera tahun ini berlalu. Supaya hal-hal tersebut tidak terbayang-bayang lagi dalam pikiran kita.

Pertanyaan, benarkah kita sudah siap menyambut tahun baru?. Dan menjadikan Tuhan sebagai pemimpin dalam hidup kita?. Atau hanya ingin melarikan diri dari kejadian-kejadian (dosa; kesalahan dan pelanggaran) masa lalu?.

Jika motivasinya demikian, berarti kita belum layak disebut sebagai anak sulung. Sebagaimana di deklarasikan Tuhan dalam ayat 9c. 

Anak sulung adalah pemimpin bagi saudara-saudaranya dalam keluarga. Sekaligus menjadi teladan dalam segala hal. Oleh sebab itu, harus memiliki komitmen yang kuat, rencana yang matang, patuh pada orang tua, dan siap menghadapi tantangan.

Dengan semangat "anak sulung" ini kita diharapkan menyiapkan diri untuk menyambut tahun baru. Supaya tahun 2024 hidup kita penuh sukacita, bersorak-sorai memuji dan dan memuliakan Tuhan. Sebab Ia baik, pemimpin yang bijak dan belas kasih.

Posting Komentar untuk "Tuhan Maha Baik, Pemimpin Yang Bijak Dan Penghibur [Yeremia 31 : 7 - 9]"