Makna Jangan Menghakimi Dalam Ajaran Kristen Begini Sesungguhnya [1 Korintus 4 Ayat 1 - 5]
Menghakimi adalah suatu situasi dimana seseorang atau kelompok melakukan penilaian terhadap yang lain, yang mana keabsahan penilaian tersebut masih diragukan. Oleh sebab itu, ajaran Kristen melarang agar tidak menghakimi.
Lebih spesifik pembahasan mengenai larangan tersebut, saat ini diambil dari kitab Perjanjian Baru (PB). Tepatnya tertulis dalam 1 Korintus 4 Ayat 1-5.
Terjemahan pribadi ayat per ayat
Berikut saya pakai kalimat sederhana, untuk memudahkan kita memahami makna 1 Korintus 4 : 1 - 5. Silahkan saudara bandingkan dengan yang tertulis dalam Alkitab.
Ayat 1:
"Demikianlah seharusnya orang lain memandang kami sebagai hamba-hamba Kristus. Yang mana kepada-Nya telah dipercayakan rahasia Allah".
Dalam ayat ini rasul Paulus (penulis kitab Korintus) merendahkan diri dengan mengatakan hamba Kristus (Yesus). Ia tidak menyebut dirinya hamba Tuhan. Hal ini membuktikan bahwa Paulus tidak bersikap sombong dengan profesi/jabatan yang ia sandang.
Kalimat selanjutnya dalam ayat 2, memiliki arti bahwa Kristus adalah suruhan (bawahan), sekaligus kepercayaan Tuhan. Oleh sebab itu Ia diberi sebuah rahasia besar. Yakni tentang kerajaan sorga.
Jadi terlihat jelas dalam ayat ini jenjang struktural "kepemimpinan". Paling tertinggi adalah Allah, lalu Yesus Kristus, kemudian para hamba (rasul). Oleh sebab itu, bicara tentang penghakiman yang paling berwewenang adalah Allah. Bukan manusia.
Ayat 2:
"Pelayanan kami bersama Yesus dituntut baik dan ternyata demikian adanya, yaitu dapat dipercaya".
2 kata yang mengandung makna besar adalah dituntut, dan di percaya. Kata-kata ini sangat erat dengan sebuah proses penghakiman duniawi.
Nah, yang menjadi pokok permasalahan adalah siapakah orang yang menuntut tersebut, dan bagaimana standar mereka untuk mempercayai seseorang?. Apakah standar tersebut sesuai dengan ajaran Kristus?. Atau jangan-jangan justru bertentangan?.
Dalam konteks ini jelas kelompok yang dituntut adalah hamba-hamba Tuhan, beserta Yesus sebagai "Leader". Namun, secara tegas Paulus mengatakan bahwa mereka dapat dipercayai. Dengan kata lain bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah bertujuan baik, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Ayat 3:
"Aku tidak akan menyalahkan diri sendiri kalau dihakimi secara tidak resmi oleh seseorang, atau oleh kelompok yang resmi".
Pada ayat ketiga ini Paulus menunjukkan komitmen yang tinggi pada pekerjaan yang dilakukan. Sehingga, jikalau suatu saat ia akan menerima ganjaran (hukuman dunia) atas pekerjaan tersebut. Maka, ia takkan menyesal.
Secara spesifik lagi, ia mengatakan bahwa proses pengadilan yang ditujukan padanya, oleh satu orang atau secara beramai-ramai dalam forum yang resmi adalah tidak berbeda. Karena dua-duanya memiliki dampak yang sama pada pelayanannya. Yakni menjalani hukuman. Minimal penjara.
Oleh sebab itu, Paulus mengatakan tidak menyesal. Teks Alkitab yang asli mengatakan: "Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi". Kata malahan disini memiliki makna sesungguhnya, atau sejujurnya.
Ayat 4:
"Sebab aku kurang paham tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal duniawi, namun bukan berarti karena hal itu aku bisa membela diri".
Melalui ayat ini Paulus menyampaikan bahwa hidupnya sudah sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan. Sehingga apapun yang terjadi berkaitan dengan hal-hal dunia sudah ia tinggalkan. Termasuk sistem peradilan yang berlalu saat itu.
Tetapi, sebagai warga yang baik. Ia sudah siap mempertanggungjawabkan perbuatannya. Atas upaya orang-orang yang hendak mengadilinya. Walaupun pada kalimat terakhir, ia menegaskan bahwa yang berhak melakukan hal tersebut sebenarnya hanya Tuhan.
Ayat 5:
"Oleh sebab itu, manusia tidak boleh menghakimi".
Disini saya hanya mengutip bagian yang terpenting. Sebab teks selanjutnya dalam ayat ini, merupakan kelanjutan dari ayat 4. Sehingga relatif mudah dipahami.
Ketika Tuhan melakukan penghakiman, buka saja niat-niat buruk manusia yang akan di bongkar/perlihatkan. Tapi, termasuk ajaran-ajaran sesat yang disebarkan oleh nabi-nabi palsu.
Ajaran sesat yang dimaksud disini adalah termasuk tindakan-tindakan tipu daya yang memutar balikkan fakta. Demi kepentingan sendiri atau kelompok.
Namun sebaliknya, penghakiman Tuhan juga akan memperlihatkan rencana-rencana dan tindakan baik yang dilakukan sebagian orang. Dengan demikian semua manusia akan bersukacita atas kebenaran Allah.
Relevansi tentang menghakimi dalam kehidupan sehari-hari
Sama halnya dengan pepatah yang sering kita dengar, bahwa musuh terbesar yang harus kita hadapi adalah diri kita, dan/atau kelompok kita sendiri. Singkatnya, adalah musuh yang datang dari internal kita.
A. Latar belakang 1 Korintus 4 Ayat 1-5
Sama halnya yang dialami rasul Paulus saat itu. Awalnya Paulus yang memberitakan Kabar Baik (Injil) kepada orang-orang di kota Korintus. Dan berhasil membentuk sebuah persekutuan orang-orang percaya. Dulu disebut orang Kristen mula-mula.
Namun berselang beberapa waktu, setelah ia meninggalkan kota itu. Jemaat Korintus makin berkembang, dan semakin memahami tentang ajaran Kristus. Karena mereka antusias mempelajari Firman Tuhan. Bukan lagi dari rasul Paulus, tapi termasuk hamba-hamba Tuhan yang lain.
Nah, salah satu akar permasalahan internal jemaat Korintus adalah adanya perbedaan pengajaran (tafsir) yang disampaikan Paulus dengan hamba-hamba Tuhan. Akibatnya terbentuk kelompok-kelompok yang menyatakan diri sebagai golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas atau golongan Kristus.
Parahnya, diantara mereka saling klaim. Bahwa kelompok mereka yang paling benar. Sementara kelompok yang lain tidak. Oleh sebab itu, Paulus mengatakan jangan menghakimi. Terlebih mengenai persoalan Kerajaan Sorga.
B. Sikap hamba Tuhan yang benar
Ingat penjelasan ayat per ayat diatas?. Sebenarnya Paulus tidak mengatakan bahwa dia alah hamba Tuhan paling benar. Walaupun yakin bahwa apa yang ia ajarkan adalah sesuai dengan Firman Tuhan. Pula dalam konteks ini, dia lah salah satu pendiri jemaat Korintus.
Pesan yang terlihat dari pernyataan tersebut, Paulus ingin mengatakan kepada sesama hamba Tuhan agar tidak saling menjatuhkan (menjelek-jelekkan) satu sama lain. Pula menjadikan Yesus Kristus sebagai teladan kehidupan sehari-hari maupun pada saat melakukan pengajaran Firman.
Bilamana satu orang hamba memiliki karakter yang berbeda, bukan berarti ajaran yang disampaikan juga berbeda. Tapi, aggaplah keterampilan yang ia miliki adalah sebagai pelengkap bagi dia untuk mengabarkan Firman. Selebihnya biarlah Tuhan yang menghakimi dia, jikalau berbuat/berniat buruk terhadap umat.
C. Sikap umat Kristen yang terpuji
Kepada jemaat Korintus Paulus juga berpesan agar jemaat melihat orang-orang yang memberitakan Injil itu adalah hamba-hamba Kristus yang dapat dipercayai.
Sebab semua hamba Tuhan walaupun pembawaannya berbeda-beda, mereka adalah satu dan tegak lurus dengan Kristus. Hamba-hamba Kristus di ibaratkan dengan sekelompok pendayung kapal. Mereka menentukan arah kapal sesuai dengan instruksi sang nahkoda. Yaitu Yesus Kristus. Pula kekuatan dan keberanian yang mereka miliki adalah hanya bersumber dari Allah.
Maka dari itu, tidak elok menilai orang lain dari penampilan. Apalagi menghakimi. Sebab seribu kalimat yang keluar dari mulut seseorang tidak menjamin orang lain akan berubah. Pula tidak bisa dijadikan acuan untuk mengadili orang lain.
Bila kita memiliki keyakinan bahwa apa yang kita lakukan adalah benar. Maka lakukan saja. Akan tetapi, perlu Anda ingat pula bahwa nilai/ukuran kebenaran itu hanya Tuhan yang tahu. Sehingga jangan sesekali mengklaim diri sudah melakukan hal yang benar.
Dengan demikian saudara telah memuliakan Tuhan dalam segala perbuatan, ucapan, maupun rencana yang masih tersimpan dalam hati. Dengan demikian pula, Tuhan Yesus akan menuntun saudara pada tujuan yang benar, sekaligus menyatakan kebenaran itu kepada kita.
Bagian terakhir peringatan Paulus kepada jemaat Tuhan saat ini. Tidak perlu menyibukkan diri dengan memata-matai, serta menilai kapasitas dan kapabilitas hamba-hamba Tuhan. Sebab hal tersebut akan menimbulkan kesombongan diri, dan menganggap orang lain tidak benar. Bahkan layak untuk dihakimi.
Sebaliknya, alangkah baiknya jemaat Tuhan berlomba untuk berbuat baik. Saling mengingatkan dan menguatkan. Supaya tidak menimbulkan kelompok-kelompok kecil dalam jemaat. Sebab bagi Tuhan tidak ada yang tersembunyi. Sekalipun masih berbentuk rencana dalam hati, pun Dia tahu.
Posting Komentar untuk "Makna Jangan Menghakimi Dalam Ajaran Kristen Begini Sesungguhnya [1 Korintus 4 Ayat 1 - 5]"