Pasca Kematian Yohanes Pembabtis Ini Yang Dilakukan Yesus Kristus [Matius 14: 13 - 21]
Ada 2 mujizat yang dilakukan Yesus Kristus dalam Injil Matius 14 ayat 13-21. Yaitu makan besar, dan menyembuhkan orang sakit. Beberapa saat ketika Ia mendengar kabar, bahwa Yohanes pembabtis meninggal dengan cara yang sadis.
Apakah hanya 2 poin tersebut yang bisa kita petik dari perikop ini?. Tentu tidak. Problem pribadi, dan sistem kepemimpinan juga Ia perlihatkan. Dan, patut kita jadikan teladan dalam kehidupan masa kini.
Latar belakang Matius 14: 13 - 21
Kisah perjalanan hidup Yesus selama menjalankan misi penyelamatan di dunia tidak semua berjalan mulus. Paling tidak demikian pandangan kita dari kaca mata manusiawi. Sebab secara fisik/jasmani tidak bisa kita pungkiri bahwa Yesus adalah sama persis dengan kita. Yaitu bisa merasakan sakit, tangis, serta hal-hal dunia yang lain.
Yesus merasa sangat sedih ketika mendengar "sepupunya" telah meninggal. Selain sebagai bagian dari team untuk mengabarkan Injil. Yesus juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Yohanes pembabtis dari garis keturunan ibu. Ibu Yohanes adalah saudari kandung Maria.
Oleh sebab itu, ia ingin mengasingkan diri sejenak untuk berkabung. Mengasingkan diri maksudnya meninggalkan sementara tugas pekabaran Injil, berdoa kepada Tuhan, dan menenangkan diri. Mengapa harus demikian?. Karena latar belakang kematian Yohanes adalah berkaitan langsung dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
Karena pengajaran dan mujizat yang dilakukan Yesus, semakin hari pengikut-Nya makin banyak. Tapi dibalik itu semua, orang yang membenci Dia juga semakin banyak. Nah, kelompok-kelompok ini lah yang membunuh Yohanes. Sehingga Yesus waspada.
Kehendak Tuhan berbeda dengan manusia
Walau dalam posisi berkabung, ternyata Tuhan punya rencana yang lain. Ia tidak ingin Yesus hanyut dalam kesedihan. Oleh sebab itu, ketika dalam perjalanan Ia di ikuti oleh ribuan orang. Dengan tujuan untuk mendengar pengajaran Yesus, dan ada pula yang meminta kesembuhan penyakit.
Melihat orang banyak itu, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Lalu melakukan apa yang diminta. Hingga hari mulai gelap.
Kemudian seorang murid meminta kepada Yesus agar menyuruh orang banyak itu mencari makan bagi mereka di desa-desa terdekat. Sebab mereka tidak memiliki makanan untuk ribuan orang.
Yesus menanggapi masalah itu dengan cara yang berbeda. Yaitu meminta makanan yang tersedia saat itu. Jumlahnya hanya lima roti, dan dua ikan.
Lalu, Yesus menyuruh orang banyak itu duduk, mengucap berkat, dan memecah-mecahkan roti. Kemudian murid-murid membagikan roti tersebut kepada orang banyak.
Mereka semua makan malam sampai kenyang. Setelah selesai, dikumpulkan potongan-potongan roti yang tersisa. Ternyata banyaknya dua belas bakul penuh.
Apa yang diperbuat Tuhan pada Yesus dengan kejadian ini?. Yaitu membuktikan bahwa Ia tidak pernah meninggalkan Yesus. Baik dalam suka, maupun duka.
Pesan tersebut juga sampai pada kita saat ini. Sebesar apapun pergumulan yang kita hadapi, jangan pernah meninggalkan tanggungjawab. Jangan cengeng, atau bersembunyi dari kenyataan. Sebab Tuhan selalu punya rencana yang terbaik, diluar dari hal-hal yang kita rencanakan.
Pun, ketika rencana kita terealisasi dengan baik. Sesungguhnya hal itu bisa terjadi karena Tuhan berkenan. Jadi, bukan oleh kekuatan kita sendiri. Sebab tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dan, tanpa belas kasih dari Tuhan kita tidak berarti apa-apa.
Refleksi iman berdasarkan Injil Matius 14 ayat 13 - 21
Wujud perhatian tetap diberikan Yesus kepada orang banyak, kendati pun Ia dalam kondisi kurang bersemangat, akibat berita duka yang Ia dengar. Adalah salah satu teladan kepemimpinan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan masa kini.
Selain menyembuhkan orang sakit, dan memberi "santapan rohani" Ia juga menyediakan makanan jasmani untuk 5.000 orang lebih. Hanya dengan "modal" 5 roti dan 2 ikan.
Saking luar biasa kejadian ini akhirnya ditulis dalam 4 kitab Injil. Selain dalam Injil Matius, kisah ini juga terdapat pada Injil Markus, Lukas, dan Yohanes.
Oh iya penting diketahui, Injil Yohanes adalah ditulis oleh murid Yesus yang bernama Yohanes. Jadi, bukan Yohanes pembabtis. Sebab pada kejadian ini Yohanes pembabtis telah meninggal.
Selain perihal mujizat, dan belas kasihan. Ada 2 hal lagi yang bisa kita pelajari dari Matius 14 : 13 - 21 ini, yaitu:
A. Pengendalian diri yang baik
Sadar sebagai seorang panutan, Yesus tidak menunjukkan sedikit pun tentang kegelisahan hatinya. Sehingga dihadapan orang banyak itu seakan-akan tidak ada masalah. Padahal sebenarnya Ia tengah bergumul.
Sikap seperti ini lah yang pantas diteladani oleh seorang pemimpin. Yaitu mengesampingkan.persoalan pribadi, agar pelayanan kasih tetap berjalan sebagaimana yang diharapkan Tuhan.
Secara manusiawi, bila kita berada pada posisi Yesus. Tentu kita ingin curhat kepada seseorang. Agar beban kita jadi ringan. Nah, hal tersebut ternyata bukan jalan yang terbaik. Paling baik adalah menyerahkan sepenuhnya pergumulan kita kepada Tuhan. Dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa.
Kita sangat berharga bagi Tuhan dan sangat mengasihi kita. Sehingga tidak membiarkan kita menderita, berkekurangan, dan kesakitan. Asal kita tulus dan setia mengikuti-Nya.
B. Sistem kepemimpinan
Contoh kepemimpinan yang baik terlihat pada saat seorang murid mengajukan saran kepada Yesus mengenai persediaan makan. Agar orang banyak itu mencari makan sendiri-sendiri. Namun saran tersebut ditolak, karena Yesus punya solusi yang terbaik.
Poin penting yang dapat kita petik dari percakapan tersebut adalah:
- Yesus memimpin secara demokrasi. Artinya semua orang (khususnya murid-murid) bisa memberi pendapat.
- Penolakan terhadap saran seseorang harus dengan alasan yang tepat, serta karena sudah memiliki jawaban yang tepat.
- Makanan jasmani juga sangat penting untuk kesehatan dan kekuatan melakukan aktivitas. Oleh sebab itu, Yesus langsung memberi mereka makan sampai kenyang.
Selain 2 hal diatas, dari perjamuan maka super besar tersebut. Yesus ingin menyampaikan pesan, bahwa semua manusia sama di hadapan Tuhan. Bagaimanapun keberadaan dan status sosial kita.
Kita adalah orang-orang yang membutuhkan berkat Tuhan. Dan, bila kita ingin diberkati, merendah lah di hadapan Tuhan. Pesan duduk di rumput dalam perikop ini adalah menyuruh merendah. Jangan sombong, dan tinggi hati.
Penutup
Mengikut Yesus terjamin tidak akan mengalami kelaparan jasmani dan rohani. Justru, kita akan suruh pulang dengan membawa makan yang banyak. Makanan apa itu?. Yaitu kabar sukacita, dan kasih karunia.
Bicara makanan dan minuman yang tersedia di dunia ini pun adalah oleh pemberian Tuhan. Kita memang punya duit untuk membeli makanan, tapi apakah Anda bisa menjamin makanan tersebut menjadi kesehatan dalam tubuh Anda?. Kalau tidak didoakan lebih dulu?.
Oleh sebab itu, terakhir. Lakukanlah seperti apa yang diajarkan oleh Yesus pada Injil Matius 13:14-21. Antara lain: Rendah hati, Tidak cengeng, Siap sedia melakukan pelayanan kasih, Bijaksana, Setia, dan selalu berserah kepada Tuhan.
Posting Komentar untuk "Pasca Kematian Yohanes Pembabtis Ini Yang Dilakukan Yesus Kristus [Matius 14: 13 - 21]"