Suka Duka Jadi Kristen [Roma 7: 15 - 25]
Jadi seorang Kristen sangat sulit. Sebab banyak rintangan yang harus dihadapi. Baik dari diri sendiri, orang lain, maupun hukum yang berlaku pada suatu tempat. Rintangan ini kadang datang silih berganti, namun tidak jarang pula secara bersamaan. Seperti yang dialami oleh Paulus dalam renungan hari ini.
Latar belakang Roma 7 : 15 - 25
Roma adalah pusat ibukota kekaisaran Romawi, sekaligus nama persekutuan orang Kristen. Melihat perkembangan ajaran Kristen berkembang pesat disana, rasul Paulus rindu berkunjung, untuk melakukan pengajaran secara langsung.
Namun setiap direncanakan hendak berangkat, selalu saja ada halangan. Sehingga ia hanya bisa melakukan pelayanan melalui sebuah surat. Yang terkenal dengan nama Surat Paulus Ke Jamaat Roma.
Salah satu kendala eksternal yang dihadapi Paulus saat itu adalah kebakaran besar yang terjadi selama 6 hari di di kota Roma. Dan, Kaisar Nero waktu itu menuduh orang Kristen yang melakukan pembakaran. Padahal tuduhan tersebut tidak beralasan, dan terkesan rekayasa. Untuk menghabisi orang Kristen.
Saat itu setiap orang yang mengaku sebagai Kristen, terlebih bertugas sebagai pemberita Injil dibunuh dengan sadis. Oleh sebab itu Paulus mengurungkan niat berangkat kesana. Agar tidak mendapat perlakuan yang sama.
[Introspeksi] Berkaca dari pergumulan pribadi Paulus
Ketika saudara membaca Roma 7 ayat 15 - 25 ini pasti kesulitan memahami makna tersirat. Betul bukan?. Sekalipun kita mohon petunjuk Roh Kudus, dan ulang kata per kata toh masih membingungkan. Mengapa demikian?.
Hemat penulis, rasul Paulus tengah mengalami peperangan batin. Antara tetap mempertahankan tugas panggilan sebagai hamba Tuhan, atau kembali pada profesi lama untuk membela orang-orang Kristen yang berada di Kota Roma.
Secara manusiawi, keinginan Paulus untuk melakukan perlawanan kepada Kaisar Nero atas perbuatannya kepada jemaat Roma boleh diterima. Sebab dahulu juga Paulus juga melakukan hal yang sama. Yaitu memberangus pengikut Kristus. Namun, ia bertobat setelah mendapat mendapat panggilan Tuhan. Dan, berbalik arah menjadi pemberita Injil.
Belajar dari pengalaman iman yang alami Paulus. Setidaknya ada 3 poin penting yang bisa kita jadikan acuan dalam menghadapi kehidupan masa kini, yaitu:
1. Dominasi kehendak pribadi membawa kegelisahan
Pada ayat 15, terlihat jelas Paulus mengalami gejolak yang begitu besar dalam dirinya sendiri. Sehingga ia terlihat berada pada 2 pribadi yang berbeda, dan bingung untuk mengambil keputusan.
Sebagaimana kita ketahui, Paulus sebenarnya adalah seorang yang terpelajar, dan paham tentang hukum-hukum Allah. Namun dengan adanya permasalahan tersebut ia merasa hidupnya tidak berguna bagi jemaat, karena tidak bisa berbuat sebagaimana layaknya seorang pemimpin rohani.
Artinya, terjadi pertentangan antara apa yang dipahami secara ilmiah, dan yang sudah pernah dilakukan secara secara manusiawi (profesi lama), dengan apa yang ada di dalam lubuk hatinya sebagai rasul.
Dalam pergumulan tersebut, Paulus merasakan yang mendominasi adalah kehendak pribadi (dunia). Sehingga mengatakan apa yang ia benci (secara rohani), itu yang diperbuat. Kata diperbuat disini maksudnya bukan kembali seperti dulu melakukan yang jahat dimata Tuhan. Tapi, wacana untuk melakukan.
Oleh sebab itu Paulus mengalami kegelisahan yang luar biasa. Satu sisi ia ingin mempertahankan kebaikan itu tetap menjadi tujuan hidupnya. Tapi sisi yang lain, dosa lama kembali ingin berkuasa dalam dirinya.
2. Konsekuensi dosa adalah duka
Puncak dari kejahatan yang ada dalam pikiran Paulus terlihat jelas pada ayat 24. Ia menyesali dirinya sendiri dengan perkataan "Aku manusia celaka". Celaka disini berarti konsekuensi yang harus ia terima, karena telah dikuasai oleh dosa.
Jadi, kalau dalam ayat 15-23 Paulus masih berjuang mempertahankan dominasi iman. Tapi, pada ayat 25 ia sudah mengakui bahwa kebaikan dalam dirinya telah dikalahkan oleh (rencana) kejahatan. Sehingga bukan lagi sekedar gelisah, tapi Paulus sudah menyatakan diri dalam celaka.
Lalu, bagaimana cara Paulus agar terlepas dari kondisi tersebut?. Jawabnya ada pada ayat terakhir. Yaitu menyatakan syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Penjelasan mengenai hal ini, saudara dapat pada poin ketiga.
3. Menyukai Firman Tuhan tidak sebatas ucapan
Dalam hati saudara mungkin bertanya, kok seketika itu Paulus mengatakan bersyukur kepada Tuhan, padahal ia mengalami pergumulan yang sangat berat?. Bahkan bukan mengenai dirinya sendiri, tapi termasuk persoalan yang tengah terjadi di jemaat Roma?.
Pengendalian diri rasul Paulus sangat bagus. Ia adalah seorang pejuang iman sejati, yang berpegang teguh pada ajaran Kristus.
Sekalipun ia tidak terjun langsung membantu jemaat Roma menhadapi Kaisar Nero, tapi perjuangan melalui doa ia lakukan terus-menerus. Oleh sebab itu, bisa menang dari peperangan rohani. Dan, meyampiakan syukur kepada Tuhan.
Jadi, penting saudara ketahui. Gejolak batin Paulus saat itu, sebenarnya ia rasakan ketika ia berdoa kepada Tuhan. Bukan ketika duduk santai, ngopi, atau tengah berkumpul dengan orang lain.
Penutup/Kesimpulan
Hidup ini adalah sebuah perjuangan, sekaligus sebuah kesempatan. Seperti syair lagu rohani. Sekalipun kita telah bertobat, mengaku orang percaya, dan aktif dalam pelayanan gereja. Hal itu tidak menjamin dosa lama tidak kembali lagi. Sebab kuasa kejahatan (iblis) selalu berusaha agar kita terjatuh lagi.
Ketika jemaat Roma menerima fitnah dari pemerintah Romawi. Hal yang menyerupai juga sering terjadi pada organisasi gereja saat ini. Misalnya tentang pengurusan legalitas gereja yang dipersulit, melakukan ibadah tidak boleh bebas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, walau beda organisasi gereja kita harus saling bantu. Setidak-tidaknya melalui doa.
Masih banyak tantangan-tantangan iman yang harus kita hadapi saat ini. Misalnya godaan jabatan, iri hati, benci, cemburu, dan lain-lain. Jikalau, hal-hal tersebut masih ada di dalam diri kita. Berarti dosa dalam tubuh kita sewaktu-waktu bisa muncul kembali. Maka dari itu, bersihkan segera melalui doa dan perjamuan kudus.
Lebih baik memiliki hati yang bersih dan tenang dari pada terikat pada hal-hal dunia. Sebab persoalan dunia membuat hati dan pikiran kita gelisah, bahkan celaka. Sementara bila bersama Yesus, kita bahagia.
Posting Komentar untuk "Suka Duka Jadi Kristen [Roma 7: 15 - 25]"