Cara Menjadi Perantara Berkat Tuhan Bagi Orang Lain [Kejadian 39 Ayat 1 - 5]
Orang Kristen sejati tidak memikirkan berapa banyak berkat yang diterima dari Tuhan, tapi sejauh mana perannya sebagai perantara berkat terhadap orang lain. Dengan kata lain, tidak pernah mementingkan diri sendiri. Tapi, mengutamakan kasih yang diterima dari Tuhan. Supaya orang lain juga dapat merasakannya.
Latar belakang kitab Kejadian 39 : 1 - 5
Yusuf adalah anak paling bungsu dari sebuah keluarga yang berkecukupan. Dia memiliki saudara yang banyak. Dan diantara saudara-saudaranya, dia lah yang paling di sayang, dan di manja oleh kedua orang tua.
Oleh sebab itu, timbul kecemburuan dari saudaranya. Rasa cemburu tersebut lambat laun menjadi benci. Akhirnya mereka sekongkol untuk menjual Yusuf.
Singkat cerita, kisah tersebut terealisasi sekitar tahun 1.900 SM. Yusuf jatuh ke tangan seorang pegawai istana Firaun (Mesir), yang bernama Potifar. Dia dibeli dari seorang saudagar keturunan Ismael.
Oh iya, perlu saudara ketahui. Figur Yusuf yang kita bahas dalam perikop ini, adalah berbeda dengan Yusuf yang tertulis dalam kitab Perjanjian Baru (PB). Yusuf dalam kitab PB adalah seorang tukang kayu. Sekaligus orang tua (ayah) Yesus.
Sementara Yusuf dalam kitab Kejadian 39 ayat 1 - 5 adalah ahli tafsir mimpi. Seorang kepercayaan raja Firaun, serta orang yang berperan mendatangkan bangsa Israel ke Mesir. Karena di tanah mereka terjadi kelaparan yang panjang.
Cara Tuhan memakai Yusuf menjadi saluran berkat
Ada 2 fase yang harus dilalui Yusuf supaya ia bisa menjadi saluran berkat Tuhan.
1. Fase menjadi orang yang dibenci
Dibenci oleh orang lain tentu membuat kita tidak nyaman. Apalagi oleh saudara kandung, dan tinggal satu rumah. Selain mengakibatkan komunikasi tidak bagus, dipastikan perhatian dan rasa tolong-menolong diantara keluarga tersebut tidak ada lagi.
Hal itu lah ujian pertama yang harus dialami oleh Yusuf, sebelum ia jadi sarana berkat Tuhan bagi orang banyak. Tidak terkecuali bangsanya sendiri. Oleh sebab itu, kisah Yusuf sering digunakan menjadi rujukan mengenai proses perjalanan hidup dalam Tuhan.
Yusuf telah melalui satu fase penting, di internal keluarga. Membuat ia semakin kuat dan diberkati Tuhan. Sehingga layak di uji tahap kedua.
Sesungguhnya hal yang dialami oleh Yusuf ini sering pula terjadi diantara kita. Namun,.dipastikan tidak sampai menjual saudara sendiri. Oleh sebab itu, boleh disebut hingga saat ini, belum ada yang bisa menyamai pengalaman pahit yang pernah Yusuf alami.
2. Fase menjadi budak di negeri orang
Setelah tiba di tanah Mesir, status Yusuf adalah budak dari sebuah keluarga yang sama sekali tidak ia kenal. Situasi ini tentu sangat berbeda dengan apa yang ia alami sebelumnya, sewaktu tinggal di rumah sendiri.
Namun demikian, tahap ini membuat ia banyak belajar tentang kasih karunia yang berasal dari Tuhan, dan dari orang lain. Dalam hal ini secara khusus adalah keluarga Potifar. Dan, secara umum adalah kerajaan Mesir. Pada waktu itu di pimpin oleh Firaun.
Anugerah tersebut terlihat dari ayat 2. Mengatakan bahwa apapun pekerjaan yang ditugaskan kepada Yusuf oleh tuannya, selalu berhasil ia selesaikan dengan bagus.
Oleh sebab itu, ayat-ayat selanjutnya ia memperoleh kepercayaan yang lebih besar dari Potifar. Luar biasanya, setelah Porifar mempercayai Yusuf sebagai tangan kanannya, Tuhan juga menambahkan berkat yang semakin berlimpah kepada Potifar.
Maka dari itu, fase ini boleh disebut masa menjadi saluran berkat Tuhan. Bukan hanya kepada Yusuf yang telah lulus "ujian", tapi termasuk kepada orang-orang sekitar dia.
Refleksi kitab Kejadian 39 ayat 1 - 5 pada saat ini
Pertama, harus kita akui "pemisahan" Yusuf dari keluarga adalah bagian dari rencana Tuhan atas bangsa Israel jangka panjang. Mengapa saya sebut jangka panjang?. Sebab Yusuf telah dipersiapkan untuk menyelamatkan bangsa tersebut dari bahaya kelaparan.
Nah, pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini yaitu tentang proses dan kesempatan. Yusuf mengalami proses yang cukup panjang, hingga bisa menjadi berkat karena percaya kepada Tuhan. Bahwa ia tidak akan dibiarkan berjalan sendiri dalam kegelapan.
Lalu, dengan keyakinan tersebut. Ia membiarkan proses itu berjalan apa adanya. Tanpa melakukan perlawanan, atau menghindar dengan berbagai alasan. Oleh sebab itu, bicara tentang kesetiaan Yusuf kepada Tuhan dan tuannya lulus 100%.
Selain mengenai kesetiaan, Firman Tuhan kali ini mengajarkan 2 hal kepada umat Kristen masa kini, yaitu:
A. Berbagai cara untuk menjadi berkat
Kembali pada kisah Yusuf. Sebenarnya sejak ia dijual oleh saudara-saudaranya kepada saudagar keturunan Ismael. Ia sendiri secara tidak langsung sudah menjadi berkat. Yaitu kepada sang saudagar, dan kepada saudara-saudara yang menerima sejumlah uang.
Kemudian setelah ia tiba di keluarga Potifar. Atas pekerjaan-pekerjaan yang telah ia selesaikan, berarti yang merasakan kinerja Yusuf secara langsung adalah keluarga tersebut. Oleh sebab itu, semakin diberi tanggung jawab yang besar.
Singkatnya banyak cara dibuat Tuhan agar kita bisa menjadi berkat. Berkat tersebut bisa dirasakan oleh orang lain, bukan hanya dengan uang. Tapi termasuk tenaga, pikiran, ide-ide, nasihat, dan masih banyak lagi.
Maka dari itu, tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak saling berbagi. Bila yang satu memiliki sejumlah harta, biarlah ia berbagi dengan harta. Tapi, bila seseorang hanya bisa menyumbangkan tenaga. Biarlah ia membantu dengan cara tenaga.
B. Hidup semakin berarti kalau saling berbagi
Kebalikan dari apa yang saya anjurkan diatas. Fakta di lapangan, saat ini masih banyak orang kristen yang pelit. Sehingga untuk berbagi mengenai ide/nasihat pun sangat sulit. Apakah saudara pernah menemui orang seperti itu?. Ada kan?.
Dalam kisah perjalanan hidup Yusuf ini, sebenarnya orang yang pelit itu juga ada. Yaitu saudara-saudara Yusuf. Kebencian yang mereka pupuk kepada Yusuf, disebabkan oleh minimnya komunikasi antara mereka (sebagai orang yang lebih tua) dengan Yusuf. Pula, antara mereka dengan orang tua.
Nah, karena komunikasi kurang berarti nasihat dan ide-ide otomatis tidak ada. Maka tidak heran kalau pada akhirnya hidup mereka (bangsa Israel secara umum) tidak berarti dihadapan Tuhan. Sebab Tuhan sudah "mengalihkan perhatian" kepada Yusuf.
Sebagai refleksi hidup masa kini. Jika status sosial, jabatan dan harta membuat saudara jauh dari Tuhan, lebih baik tinggalkan!. Sebab tujuan hidup orang Kristen bukan hal-hal yang berkaitan dengan duniawi, dan jangka pendek. Tapi, hal-hal sorgawi. Atau, kehidupan kekal.
Oleh sebab itu, pergunakanlah setiap kesempatan yang ada saat ini. Untuk menjadi berkat, dan berbagi pada semua orang. Supaya hidup lebih berarti di dunia, maupun di akhirat.
Dengan demikian bukan saja diri kita sendiri yang menjadi kesayangan Tuhan, tapi termasuk orang-orang di sekitar kita. Pula dengan demikian, kita berarti telah men-syukuri segala sesuatu yang diperbuat Tuhan atas kita. Misalnya kesehatan, kelancaran study/pekerjaan, dan sebagainya.
Penutup
Khusus saudara-saudara bisnismen. Ketika Anda mengalami kesulitan usaha, ingatlah bahwa proses peningkatan iman lah sebenarnya yang tengah terjadi pada saudara.
Hal itu Tuhan ijinkan terjadi, bukan karena ia benci kepada Anda. Tapi, karena Tuhan ingin menguji sejauh mana kesetiaan dan penyerahan diri umat-Nya, atas kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi.
Sama seperti yang dialami oleh Yusuf. Beberapa waktu menang terlihat sangat menyedihkan. Tapi dibalik itu semua, rancangan Tuhan untuk masa depan kita, bahkan untuk generasi kita yang akan datang, telah Tuhan persiapkan semua dengan baik.
Dengan catatan, sesuai dengan Firman Tuhan yang Anda baca hari ini. Yaitu mau berbagi dan menjadi berkat bagi orang lain. Sejak kapan?. Sekarang. Tuhan memberkati.
Posting Komentar untuk " Cara Menjadi Perantara Berkat Tuhan Bagi Orang Lain [Kejadian 39 Ayat 1 - 5]"