Kematian Yesus Ditinjau Dari Perspektif Zaman Now [Yohanes 19:28-38]
Jumat Agung adalah salah satu hari paling bersejarah bagi seluruh umat Kristen diseluruh dunia. Karena pada hari tersebut Tuhan Yesus sangat menderita, dan menghembuskan nafas terakhir. Secara lahiriah Ia sudah mati. Karena menaggung banyak siksa dari para tentara Romawi. Serta hujat, maki, dan sumpah serapah dari orang-orang Yahudi. Namun secara Illahi, Ia tetap hidup dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya.
Yang paling membuat pilu adalah proses dari kematian itu sendiri. Tidak seperti orang pada umumnya. Melainkan harus disalib, dan ditempatkan pada sebuah bukit. Bersama dengan 2 orang jahat. Dengan maksud agar orang-orang yang membenci Dia sangat puas. Sekaligus sebagai ‘warning’ kepada pengikut Yesus, agar tidak melakukan hal yang sama dengan apa yang diperbuat oleh Yesus.
Sebelum melanjutkan pembacaan artikel ini. Agar tahu lebih jelas tentang kematian Yesus kala itu. Silahkan Anda baca lebih dahulu Kitab Injil Yohanes 19 ayat 28-38. Setelah itu, berdoa memohon hikmat dan pengertian dari Tuhan.
Latar belakang istilah zaman now
Istilah zaman now belakang ini sudah tidak asing lagi. Entah siapa yang pertama sekali menggunakan istilah ini, wilayah mana, dan untuk tujuan apa. Akhirnya menjadi sangat populer. Bukan saja bagi kalangan anak muda, tetapi termasuk orang tua dan anak-anak.
Secara harafiah zaman now berarti masa kini, atau saat/era ini. Yaitu berupa pernyataan tentang situasi yang benar-benar baru, dan belum pernah di alami oleh orang-orang sebelumnya. Baru disini maksudnya adalah metode, alat, serta sarana dan prasarana lainnya. Dianggap jauh lebih canggih, praktis, dan menguntungkan manusia.
Akibat luasnya pemakaian kata zaman now. Sering dijadikan sebagai identitas, misal: Anak zaman now, orang tua zaman now, cewek zaman now atau cowok zaman now, dan seterusnya. Pengertian zaman now berubah menjadi “kini saatnya berbeda dari lazimnya”. Yang berarti terjadi suatu pemaksaan kehendak terhadap suatu kondisi kepada setiap orang. Sementara belum tentu orang-orang disekitar tersebut siap untuk menerima perubahan tersebut.
Nah yang menjadi perenungan bagi umat Kristen. Mungkinkah suatu saat ada istilah Jemaat zaman now?. Atau, jangan-jangan diantara kita saat ini, ada yang menginginkan gereja zaman now, Jumat Agung zaman now, Paskah zaman now, Natal zaman now, dan sebagainya. Miris sekali. Sejenak kita tinggalkan tentang fenomena zaman now.
Peristiwa kematian Tuhan Yesus dan Kristologi
Kristologi ialah satu studi yang mengajarkan tentang seluk-beluk pribadi Yesus Kristus. Mulai dari keberadaan, dan karnya-karyaNya yang jauh-jauh hari telah dinubuatkan dalam Alkitab. Sebagai satu-satunya sumber Informasi yang murni, benar, syah, sempurna, dan berlaku untuk semua umat manusia.
Kristologi berasal dari kata Kristos dan Logos. Kristos merujuk pada pribadi Tuhan Yesus yang diurapi. Sementara, Logos artinya studi atau ilmu pengetahuan. Berdasarkan teori Kristologi, pengajaran bagi orang percaya terbagi menjadi 3 level, yaitu tentang:
- Kelahiran Yesus (Natal)
- Perjalanan hidup Yesus
- Kematian Tuhan Yesus (Jumat Agung)
Nah, ketika zaman now ingin selalu ditampilkan dalam kehidupan orang Kristen. Agar dianggap telah eksis, dan berbeda dari lazimnya. Maka hal itu secara tidak langsung telah bertolak belakang dengan Firman Tuhan. Misalnya dalam peristiwa kematian Yesus di kayu salib.
Konsep zaman now memberi kebebasan ber-ekspresi, serta tanpa batas. Sementara kematian Yesus mengajarkan “Aku adalah Jalan Kebenaran dan Hidup”. Artinya tidak ada pilihan. Tidak ada nego, dan tidak ada jalan alternatif. Agar bisa menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh haru mengakui Yesus sebagai Mesias, dan penyelamat umat manusia.
Oleh sebab itu, bagi orang yang sudah mengaku percaya. Harus meneladani hidup, perbuatan, tingkah laku, dan cara-cara yang telah diajarkan Yesus selama Ia masih di dunia. Berbeda bukan dengan apa yang diharapkan oleh zaman now?.
Maka dari itu, jangan pernah memikirkan untuk membuat gereja zaman now, kebaktian zaman now, lagu rohani zaman now, pelayanan zaman now, dan seterusnya. Sebab, ketika konsep zaman now dan Kristologi digabung. Maka akan terjadi polemik, dan konflik. Polemik dalam diri sendiri, karena mengingkari kebenaran. Serta, konflik antara sesama umat sebab adanya pemaksaan kehendak.
Kematian Yesus dari sudut pandang generasi sekarang
Generasi sekarang harus diakui dalam menilai sesuatu sangat kritis, dan objektif. Oleh sebab itu, pada beberapa hal sering terjadi beda pendapat dengan orang tua. Terutama mengenai sejarah, cara hidup, dan metode pengajaran yang dilakukan pada masa lalu. Generasi zaman now tidak mau menerima hal tersebut diterapkan bagi mereka.
Demikian halnya dalam gereja. Harus kita akui animo generasi muda semakin rendah untuk terlibat dalam pelayanan, karena dipengaruhi oleh pola pikir yang berbeda tersebut. Maka dari itu, orang tua harus mampu mengimbangi, agar tidak terjadi kesenjangan yang lebih dalam. Salah satu caranya, adalah dengan mengajarkan Firman Tuhan dari sudut pandang mereka sendiri. Misalnya tentang kematian Yesus, adalah merupakan:
Salah satu rencana Allah jangka panjang
Ketika berada di kayu salib, Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai. Termasuk yang tertulis dalam Kitab Perjanjian Lama, serta yang dinubuatkan oleh para Nabi-nabi. Dengan demikian penderitaan yang dialami Yesus sebagai tindakan penebusan bagi seluruh umat manusia kini akan berakhir.
Sesungguhnya hukuman yang Ia terima pada saat itu adalah disebabkan oleh dosa kita. Bukan oleh kesalahanNya. Karena Yesus tidak pernah berbuat salah. Namun dengan menerima hukuman tersebut, serta merta terbukalah jalan keselamatan untuk semua umat manusia. Tanpa kecuali. Termasuk generasi zaman now, maupun generasi-generasi yang akan datang.
Sebagai peristiwa sejarah dan pembelajaran
Bicara sejarah berarti memposisikan diri kita menghadap kebelakang. Agar bisa melihat apa yang yang sudah terjadi. Sementara bicara tentang zaman now, selalu memposisikan diri kita menghadap kedepan. Untuk merencanakan hal-hal baru yang akan dilakukan.
Ini lah bukti ke-2, jikalau konsep zaman now bertolak-belakang dengan peristiwa kematian Yesus di kayu salib. Tak jarang generasi muda menganggap kematian tersebut adalah sebuah hal kesalahan. Karena Yesus mau di tangkap, di adili, dicaci, di cambuk, dan disalibkan. Bukankah Ia bisa menghindar, dan melarikan diri?. Benar!. Lebih dari itu, sangat bisa. Karena Ia adalah anak Allah.
Tapi untuk menggenapi yang tertulis, sekaligus untuk pembelajaran bagi generasi berikutnya. Dan, bukti bahwa kasih Tuhan kepada manusia sangat besar, serta turun-temurun. Oleh sebab itu, Yesus mau mengorbankan Diri. Sebagaimana tertulis dalam Yohanes 3:16.
Refleksi Jumat Agung kaitannya dengan Pemenang, Yesus dan Sorga
Sejak kecil kita selalu diajarkan agar menjadi orang yang hebat, pemenang, dan dapat medali. Misalnya di sekolah. Harus juara. Maka untuk mencapai hal itu, orang tua pun selalu berusaha semaksimal mungkin. Agar kebutuhan anak-anaknya terpenuhi seluruhnya.
Namun, dampak secara tidak langsung. Setelah dewasa kita sulit membedakan mana yang kompetisi, dan mana yang bukan. Contoh dalam hal ekonomi. Anak orang miskin berteman dengan anak orang kaya pasti tidak percaya diri. Sebaliknya, tak jarang anak orang kaya semena-mena terhadap orang miskin. Sesungguhnya kelakuan kedua anak ini sama-sama tidak bisa dijadikan contoh. Sebab, karakter Yesus tidak ada bagi mereka.
Pembelajaran dari peringatan Jumat Agung, adalah:
- Kita tidak bisa memaksakan setiap hal harus sempurna, dan sesuai dengan kehendak kita. Toh, hal-hal sederhana pun bisa membuat bahagia, dan bersukacita. Oleh sebab itu, jangan paksakan diri sebagai Pemenang.
- Semua ilmu pengetahuan membawa kita pada masalah baru. Sementara tanpa pengetahuan membuat hidup kita tetap terbelenggu pada masalah-masalah lama. Yaitu dosa. Maka dari itu Yesus mati kayu salib.
- Hidup kita yang fana ini juga kelak akan berakhir dengan kematian. Namun hal itu harus kita lalu, sebab tidak ada pilihan lain karena dengan cara itu kita bisa sampai ke Sorga.
Posting Komentar untuk "Kematian Yesus Ditinjau Dari Perspektif Zaman Now [Yohanes 19:28-38]"