Pentingnya Saling Mambangun Sembari Menanti Kedatangan Tuhan [1 Tesalonika 5 Ayat 1 - 11]
Sejak Firman menyatakan akan ada waktunya kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Maka, sejak saat itu juga banyak orang yang penasaran. Kapan persis waktu tersebut?, dimana?, apa tanda-tandanya?, dan masih banyak pertanyaan lain.
Akibat dari rasa penasaran tersebut. Banyak usaha yang dilakukan. Bahkan, ada pula dengan cara yang tidak benar. Misalnya meramal. Namun kenyataannya sampai detik ini, hari yang dimaksud tersebut belum tiba.
Latar belakang 1 Tesalonika 5 Ayat 1 - 11
Perikop ini juga juga memberitakan hal yang sama kepada jemaat di Tesalonika, oleh Paulus. Dan, respon jemaat di sana pada saat itu menyambut baik. Sebab mereka menyadari betapa pentingnya berita tentang hari kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
Namun, berselang berjalannya waktu setelah pemberitaan tersebut. Ternyata Yesus tak kunjung datang. Mulai lah timbul keraguan dalam pikiran mereka. Bukan saja tentang esensi kedatangan Yesus. Bahkan, mereka mulai ragu akan apa yang di ajarkan Paulus selama ini. Jangan-jangan semuanya adalah salah.
A. Kedatangan Tuhan Yesus yang pertama dan yang kedua beda
Kedatangan Yesus yang pertama sangat jelas. Yaitu untuk menebus dosa manusia. Sekaligus mengadakan perdamaian antara Allah dengan manusia. Dalam hal ini perjanjian yang dibuat oleh Allah kepada manusia, melalui bangsa Israel diperbaharui kembali, melalui kedatangan Yesus yang pertama.
Kapan, dimana, dan bagaimana proses kedatangan (kelahiran) Yesus saat itu telah tertulis dengan lengkap dalam Alkitab. Bahkan, 4 kitab Injil (Perjanjian Baru) konsentrasi pada pemberitaan tentang hal itu. Jadi, tidak ada lagi orang yang meragukannya.
Sementara mengenai proses kedatangan Yesus yang kedua. Dapat kita temui dalam kitab Wahyu. Serta, beberapa kitab-kitab lain mengisyaratkan tentang hal tersebut. Termasuk 1 Tesalonika 5 : 1 - 11 ini. Tapi, tidak secara rinci.
B. Makna kedatangan Yesus yang kedua
Tidak hanya jemaat Tesalonika, diantara kita saat ini juga pasti ada yang bertanya-tanya. Hal itu justru sangat bagus. Sisi positifnya akan rasa penasaran kita tentang berita ini. Sekaligus, sebenarnya yang diharapkan oleh Tuhan adalah mempersiapkan diri kita pada hari kedatangan itu.
Apa perlunya bagi kita, Yesus datang kembali ke dunia ini segera. Sementara kita tidak siap menyambutnya?. Bukankah hal itu akan menjadi bumerang bagi kita?. Sebab kedatangan-Nya nanti bukan lagi untuk membawa damai. Melainkan penghakiman.
Oleh sebab itu, poin pertama yang harus kita Aminkan adalah akan tiba waktu-Nya. Hanya cara, tanda-tanda, maupun kapan tidak kita ketahui. Dan, biarlah itu semua menjadi rahasia Tuhan. Maka dari itu, jangan bereaksi seperti jemaat Tesalonika. Selain tidak sabar. Juga meragukan kebenaran yang disampaikan oleh hamba Tuhan.
C. Isyarat tentang kedatangan Yesus
Cara kedatangan hari Tuhan di ibaratkan dalam 2 hal. Pertama, bagai pencuri tengah malam. Kedua, bagai seorang perempuan yang tengah hamil.
Seorang pencuri tidak pernah menyampaikan rencananya kepada pemilik rumah, jikalau ia hendak mencuri. Akan tetapi kedatangannya akan dirahasiakan sebaik mungkin. Bahkan, kepada siapapun rencana tersebut tidak bakal diberitahu. Supaya ia leluasa mengambil semua barang yang ia hendaki dari rumah tersebut.
Dalam hal ini yang menjadi ancaman bagi pemilik rumah adalah sang pencuri. Dan, kerugian yang bakal dialami adalah kehilangan harta benda. Dan, tidak menutup kemungkinan adalah nyawa.
Isyarat yang kedua. Tentang perempuan yang hamil. Menanti hari kelahiran jabang bayi, ia akan merasakan sakit yang luar biasa, dan boleh disebut berkepanjangan. Namun dibalik semua itu, setelah melahirkan ia akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Bersama dengan keluarga besar yang menyayangi dia.
Dalam hal ini perempuan hamil akan mempertaruhkan segala kekuatan, materi, bahkan nyawa. Supaya ia tetap sehat sampai pada hari kelahiran sang bayi. Demikian halnya dengan persiapan menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Persiapan menyambut kedatangan Tuhan
1 Tesalonika 5 : 1 - 11 mengatakan berjaga-jaga dan jangan lengah. Supaya kita tidak kehilangan momen tersebut, yang membuat kerugian besar bagi kita sendiri. Layaknya pemilik rumah yang kehilangan barang. Atau, seorang perempuan hamil yang kehilangan anak. Seperti pada perumpamaaan.
Konotasi berjaga-jaga sama dengan tidak tidur, atau bersantai. Sebab, bila kita sedang tidur maka seluruh organ tubuh kita tidak bekerja maksimal. Sehingga tidak tahu/tanggap apa yang sedang terjadi.
Hal ini diperkuat lagi oleh perikop yang mengatakan bahwa kita adalah anak-anak terang (siang). Bukan orang-orang malam, atau yang melakukan aktivitas pada malam hari. Maksudnya, kita jangan sekali-kali tidak sadar (lupa), bahwa kita adalah milik Kristus. Oleh sebab itu, hiduplah senantiasa menurut kehendak Kristus.
Sementara itu, tidak lengah artinya adalah fokus dan konsentrasi penuh akan hal yang tengah dikerjakan. Dalam hal ini adalah selama masa penantian itu. Supaya persiapan kita benar-benar maksimal. Serta, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Tuhan.
Refleksi dan aplikasi
Gabungan dari berjaga-jaga dan konsentrasi adalah saling menasihati, dan saling membangun. Antara sesama umat Tuhan yang sama-sama dalam penantian. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban iman dalam mengaplikasikan Tritugas Kristen. Yaitu Bersekutu, Bersaksi dan Melayani.
Sebagai umat yang setia, dan bagian dari sebuah persekutuan. Kita harus peka, serta peduli terhadap sesama. Sebab Tuhan menghendaki masa penantian itu tidak dilakukan secara pribadi-pribadi. Melainkan kolektif. Oleh sebab itu kita harus melihat kesiapan saudara-saudara seiman dalam menyambut hari Tuhan. Bilamana diantara kita ada yang tengah tertidur, maka segera bangunkan.
Atau, bila ada yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah milik Kristus. Lalu, menyerahkan hidupnya dalam dunia kegelapan. Maka, kita harus menunjukkan jalan yang benar. Supaya ia selamat, dan beroleh hidup yang kekal.
Singkatnya, kata membangun yang dimaksud dalam perikop ini memiliki makna ganda. Yaitu secara fisik/jasmani, dan secara rohani. Secara fisik artinya melakukan komunikasi (interaksi) dengan sesama untuk tujuan yang benar. Misalnya meningkatkan pelayanan gereja, menolong orang lain, dan sebagainya.
Sedangkan membangun secara rohani artinya melakukan persekutuan dengan sesama, agar kita semakin layak dihadapan Tuhan. Manakala kedatangan Tuhan yang kedua kali sudah tiba. Saat itu Saudara boleh bersukacita. Karena masa penantian yang begitu panjang, telah berakhir dan tidak sia-sia.
Sebab, waktu penantian telah digunakan secara tepat, serta bermanfaat bagi sesama umat. Pun, Anda beroleh upah yang tak terhingga besarnya. Yaitu kerajaan Sorga.
Pada intinya, menanti kedatangan Tuhan bukan persoalan kapan, dimana, dan bagaimana cara kedatangan-Nya. Tapi, sejauh mana persiapan kita untuk menghadapi kedatangan tersebut. Apakah kita selalu siap siaga setiap saat, atau jangan-jangan menganggap acuh. Jikalau demikian, berarti kita tidak jauh beda dengan umat yang berada di kota Tesalonika saat itu.
Posting Komentar untuk "Pentingnya Saling Mambangun Sembari Menanti Kedatangan Tuhan [1 Tesalonika 5 Ayat 1 - 11]"