Tidak Cukup Memahami Firman Supaya Dibenarkan, Tapi Karena Iman [Roma 4 : 13-17]
Roma yang dimaksud dalam nats ini adalah nama persekutuan jemaat Kristen yang terletak di kota Roma. Jemaat itu berkembang dibawah pengaruh orang Yahudi, dan non Yahudi. Sehingga sering menimbulkan selisih paham. Khsusnya mengenai janji keselamatan dari Tuhan. Serta, tafsiran-tafsiran yang berhubungan dengan kitab Taurat dan Perjanjian lama.
Satu sisi, harus kita maklum. Jemaat yang berasal dari kaum Yahudi, pasti berusaha mempertahankan Taurat sebagai acuan dalam kehidupan dan pelayanan mereka. Sebab, kitab tersebut diturunkan kepada nenek moyang mereka. Lalu, sejak kecil mendapat pengajaran tentang Taurat.
Dampak pada pelayanan dan kehadiran Paulus
Selisih pendapat yang terjadi di jemaat Roma, memang tidak serta merta membuat surut semangat mereka untuk mengabarkan Firman Tuhan. Tapi, sangat mendasar. Sebab hal-hal yang dipersoalkan adalah menentukan arah pelayanan mereka kepada jemaat.
Jadi, harus di akui diantara kaum Yahudi, dan non Yahudi pada saat itu benar-benar membutuhkan seorang penengah. Oleh sebab itu, rasul Paulus hadir disana, dan segera mengadakan dialog khususnya dengan kelompok Yahudi.
Mengapa ia memilih dialog pertama sekali dengan jemaat Roma yang berasal dari kaum Yahudi?. Karena Paulus juga keturunan Yahudi. Tapi sudah berobat, dan menerima ajaran Yesus Kristus sepenuhnya. Hingga ia dinobatkan jadi seorang rasul.
Dengan mengadakan dialog tersebut, secara tidak langsung Paulus ingin mengatakan bahwa ia bukan anti Yahudi. Sebagaimana sikapnya dahulu kepada orang Kristen sebelum tobat. Oleh sebab itu, dialog berlangsung hangat. Seakan-akan diantara mereka sudah lama saling kenal.
Penjelasan Firman Tuhan yang tertulis dalam Roma 4 : 13-17
Sebelumnya, hal yang menarik dari kitab Roma adalah sangat berkaitan erat dengan kitab Taurat, serta beberapa tokoh penting Yahudi yang tertulis dalam Taurat. Misalnya Abraham. Padahal kitab Roma ditulis jauh setelah era kitab Ulangan.
Maka dari itu, dialog tersebut boleh disebut sebagai kajian ulang antara kitab Perjanjian Lama (PL), dengan Perjanjian Baru (PB). Dan, dilakukan oleh 2 kelompok yang memiliki sudut pandang yang berbeda. Berikut poin penting tentang kitab Roma 4 : 13-17.
1. Iman bukan hasil perbuatan baik atau karena taat
Dengan kalimat yang lain. Tolak ukur untuk mengetahui seseorang telah beriman bukan dilihat dari kesalehan, serta seberapa banyak ia berbuat amal.
Tapi, sejauh mana ia mengamalkan Firman Tuhan dalam setiap aspek kehidupan yang ia lalui, dan memiliki dampak yang baik bagi sesama umat manusia. Terlebih bagi kemuliaan nama Tuhan.
Oleh sebab itu, ketika seseorang sering memberi persembahan, atau bantuan ke gereja belum tentu ia sudah memiliki iman. Sebab tidak hanya didasari oleh iman, maka seseorang mau membantu.
Tapi, bukan dengan dasar ini pula, lalu kita selalu berprasangka buruk kepada semua orang. Maka dari itu, hanya Tuhan yang berhak menilai apakah seseorang memiliki iman atau tidak.
2. Janji keselamatan ada bukan karena Taurat
Roma 4 : 13-17 tidak menolak Taurat sebagai bagian dari Firman. Tapi, tidak mungkin manusia dibenarkan hanya dengan melakukan hukum Taurat. Karena konsekuensi menjalankan Taurat adalah sanksi.
Artinya, jika seseorang tidak mampu menjalankan hukum tersebut karena sesuatu hal. Pun, harus mendapat hukuman langsung. Oleh sebab itu, Paulus menyebut tidak ada yang mampu menjalankan Taurat.
Tapi, kalau kita berpengang teguh pada kasih karunia yang berasal dari Tuhan Allah. Maka, kita akan dibenarkan. Dan, kebenaran itu akan berlaku pada seluruh manusia. Baik yang telah mengenal Taurat, maupun yang belum.
Refleksi kehidupan jemaat Tuhan masa kini
Gerakan sosial gereja merupakan salah satu aksi nyata bahwa kerajaan Allah bukan di sorga saja, tetapi juga ada di dunia ini. Hanya kegiatan tersebut sering dilupakan, karena kegiatan gereja dominan ke sektor internal. Oleh sebab itu, gereja masa kini terkesan eksklusif.
Sementara berkaca dari jemaat Roma, yang terdiri dari beragam suku bangsa, dan etnis. Berhasil menemukan satu pemahaman tentang esensi iman, dan janji keselamatan.
Maka tidak heran, kalau sekarang kota Roma sangat terkenal. Bukan saja di bidang agama Kristen, tapi termasuk pusat bisnis, pendidikan, olah raga hingga wisata.
Parahnya, memanfaatkan teknologi digital saat ini aktualisasi iman sering di jadikan tontonan. Dengan dalih sebagai bentuk kesaksian. Tapi, yang terjadi adalah untuk kepentingan pribadi. Misalnya popularitas, dan bisnis.
Seharusnya, baik anggota jemaat maupun para hamba Tuhan yang telah menerima kasih karunia, memberitakan khabar sukacita tanpa maksud tertentu. Tapi, murni untuk kemuliaan Tuhan saja.
Kesimpulan
Pertama: Kasih Tuhan sifatnya universal, dan kebenaran berlaku bagi semua orang. Maka gereja jangan menutup diri terhadap orang yang belum menerima Yesus. Atau, menikmati Kasih itu hanya untuk diri sendiri.
Sebab beriman bukan untuk kepuasan pribadi, tetapi harus interaksi, sinergi dan evaluasi/introspeksi. Dengan demikian, iman kita akan menghasilkan buah yang berkenan bagi Tuhan.
Kedua: Internal gereja. Pelayanan tidak boleh menimbulkan diskriminasi. Semua jemaat harus punya porsi yang sama. Sebab Tuhan mengasihi dunia ini tanpa membedakan agama, dan suku bangsa.
Oleh sebab itu, jikalau ada pelayanan jemaat yang dibedakan antara satu dengan yang lain, hal itu secara tidak langsung telah melecehkan Tuhan Allah. Mengingkari kebenaran, dan memanipulasi Kasih.
Ketiga: Sering kita dengar antara hamba Tuhan selisih pendapat oleh karena hal-hal yang sifatnya doktrinal. Dan, berujung pada perpecahan. Yang satu bertahan, dan yang lain membuat gereja yang baru. Apakah itu jalan terbaik?.
Sesungguhnya apa yang dilakukan Paulus dengan jemaat Roma, adalah sangat pantas dijadikan teladan, manakala terjadi selisih paham dalam sebuah gereja. Duduk bersama dan menyatukan persepsi. Bukan saling memendam opini, dan tidak mau membuka ruang diskusi.
Jikalau demikian, Anda takkan pernah menemukan Kebenaran, dan Kasih yang sejati. Lalu, sia-sialah Firman Tuhan yang Anda pahami, serta pelayanan yang Anda lakukan selama ini. Sebab, bagi Tuhan hal itu tidak lebih dari sebuah sandiwara. Atau, untuk kepentingan diri sendiri (duniawi).
Posting Komentar untuk "Tidak Cukup Memahami Firman Supaya Dibenarkan, Tapi Karena Iman [Roma 4 : 13-17]"