Kriteria Pemimpin Yang Adil Dan Takut Akan Tuhan Begini Ternyata [Ulangan 16:18-20]
Contoh-contoh pemimpin yang adil dalam Alkitab sangat banyak. Salah satunya, adalah tertulis dalam kitab Ulangan 16:18-20 ini. Yaitu nabi Musa. Dalam bahasa Inggris disebut Mosses. Selain dalam Perjanjian Lama (PL), kitab Perjanjian Baru (PB) juga demikian. Ragam figur pemimpin rohani Kristen yang patut dijadikan teladan. Oleh sebab itu, sebenarnya sangat mudah belajar menjadi seorang pemimpin, ditinjau dari perspektif iman Kristen. Modal 1 buah Buku saja sudah cukup. Yaitu Alkibab.
Latar belakang Firman
3 unsur pemerintahan di tengah-tengah bangsa Israel dalam PL, yaitu:
- Nabi. Dalam konteks/nats ini diwakili oleh Musa. Seorang pemimpin yang dipilih langsung oleh Tuhan. Bertugas untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
- Imam. Yaitu suku Lewi. salah satu dari 12 suku Israel yang sudah menjadi ketetapan dari Allah. pada konteks ini yang dimaksud Harun. Seorang pemimpin rohani bagi umat Israel,
- Raja. Bertugas dalam tata kelola kerajaan, serta urusan antar umat Israel. Meliputi permasalahan sosial ekonomi (duniawi). Dalam hal ini, termasuk bangsa Israel yang bersungut-sungut selama dalam perjalanan.
Nabi, Iman, maupun Raja diharapkan menjadi pemimpin yang adil, dan takut akan Tuhan. Sehingga bisa menjalankan tugas masing-masing dengan baik dan benar.
Proses pemilihan pemimpin baru era Musa
Firman Tuhan ayat 18, berkata kepada Musa: "haruslah kau angkat hakim-hakim, dan petugas-petugas di segala tempat menurut suku-mu (Israel)". Hal ini dimaksud untuk membentuk suatu struktur kepemimpinan yang bagus pada masa yang akan datang bagi bangsa Israel. Sekalipun, pada saat itu mereka masih dalam perjalanan menuju tanah Kanaan.
Oleh sebab itu, sebagai perpanjangan tangan 3 unsur kepemimpinan yang sudah ada. Dibentuk lagi kelompok-kelompok kepemimpinan yang lebih spesifik. Disebut tadi menurut suku. Berarti, setidaknya 11 orang lagi calon pemimpin yang akan dipilih.
Sampai disini menjadi perenungan bagi umat Tuhan saat ini. Bagaimana bisa jadi pemimpin yang adil. Sementara belum punya jam terbang/pengalaman?. Apakah boleh dengan cara nepotisme?. Tentu tidak zaman lagi kan?. Seyogianya adalah dimulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya memimpin diri sendiri agar berkenan di hadapan Tuhan. Lalu, di tengah keluarga. Agar bisa menjadi “gereja mini” yang di sanyagi oleh Tuhan. Kemudian skala yang lebih besar. Yaitu lingkungan. Bisa jadi sebuah persekutuan gereja, kantor, dan lain sebagainya.
Urgensi dan kriteria pemimpin yang dikehendaki Tuhan
Setelah menerima Firman. Nabi Musa segera mengadakan sosialisasi, pendaftaran, seleksi dan pemilihan. Dengan syarat: cakap/pengalaman, takut akan Tuhan, komitmen tinggi, serta tidak suka pada suap (korupsi). Kebutuhan akan pemimpin baru sangat urgen, terlihat dari kata “harus, di segala tempat, dan menurut sukumu”.
Terkait dengan kata “segala tempat”. Kalau kita teliti kembali. Berarti kemungkinan calon pemimpin dari satu suku bisa lebih dari satu orang. Karena jumlah warga Israel dalam perjalanan saat itu, lebih dari 2 juta orang. Coba Anda bayangkan berapa kilometer panjang barisan warga tersebut.
Tanda-tanda pemimpin yang adil
Adalah terlihat dan cara menjalankan tugas dan wewenang. Ayat 19 mengatakan: “menghakimi bangsa itu dengan pengadilan yang adil”. Artinya, tugas pemimpin identik dengan pengambilan keputusan. Menentukan yang salah dan benar. Sehingga perlu pertimbangan yang matang. Agar dapat diterima oleh warga, terlebih oleh Tuhan.
Dengan kata lain, Independensi dari seorang pemimpin harus tinggi. Supaya tidak terpengaruh oleh kepentingan lain. Misalnya terhadap suap, iba/pandang bulu, serta upaya-upaya pihak tertentu memutar balikan fakta/kebenaran.
Kalau kita kembali pada konteks pemimpin pada diri sendiri. Menjadi pertanyaan, sejauh mana persiapan dan kesiapan kita. sehingga mampu menghindar dari hal-hal yang disebutkan tadi?. Serta, sejauh mana kecakapan kita dalam hal menentukan yang benar. Lalu, meyakini bahwa keputusan yang kita ambil itu sudah berkenan bagi Tuhan?.
Atas pertanyaan-pertanyaan tadi. Banyak pemimpin yang gagal. Bukan saja karena mengambil keputusan yang salah. Tapi, tidak dapat mempertahankan komitmen kepada Tuhan. Agar menjadi teladan, dan pemimpin yang adil. dalam hal ini perlu di pertanyakan kembali. Kapasitas dan kapabilitas sang pemimpin.
Kriteria pemimpin yang tidak disukai Tuhan
Pemimpin yang siap menghakimi orang lain sangat banyak. Tapi, sebagai hakim bagi diri sendiri sangat langka. Oleh sebab itu kalau mau jujur, justru perilaku pemimpin yang sering diliputi oleh pikiran duniawi, hawa nafsu, iri hati, dan seterusnya. Mengapa?. Karena punya merasa power. Dan, hal-hal seperti ini lah yang tidak disukai oleh Tuhan.
Satu sisi tak dipungkiri. Seorang pemimpin memang harus tegas. Tapi, seharusnya tetap dalam koridor Firman. Artinya, menjadikan firman Tuhan sebagai hukum material, dan acara. Agar peraturan dapat ditegakkan, dan dijalankan dengan baik.
Yang menjadi pertanyaan. Bagaimana praktek itu bisa berjalan dengan sukses, kalau teori pun belum lulus?. Justru akan mengambang, atau tanpa arah yang pasti. Mari kita bandingkan dengan Ayat 20. Tuhan berkata: "Carilah keadilan, supaya engkau hidup, dan memiliki Negeri yang diberikan Tuhan kepadamu”.
Kita lihat kata “Keadilan, Hidup, dan Memiliki Negeri”. Semua berorientasi pada Yesus. Dalam PB, Yesus menyebut diriNya adalah Jalan, Hidup dan Kebenaran. Sang pemimpin yang adil dan sejati.
Konteks duniawi dan surgawi Ulangan 16 ayat 20
Konteks duniawi, disebut seorang pemimpin pasti memiliki materi lebih. Atau, boleh sebut orang kaya. Sementara konteks surgawi artinya adalah memperoleh keselamatan. Alias masuk surga. Sekarang, Anda pilih yang mana?. Jadi orang kaya/sukses, atau masuk surga?.
Ketika dihadapkan dengan pilihan ini, banyak yang bimbang. Karena tidak yakin dengan Firman Tuhan. Serta, masih adanya keinginan duniawi yang menguasai dirinya. Sehingga, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran yang berasal dari Tuhan di dalam kehidupannya,sangat sulit. Maka, tak jarang mantan pemimpin masuk penjara.
Konsekuensi yang lain, karena main-main dengan hukum misalnya merusak lingkungan alam. Dengan cara illegal logging. Akhirnya, bencana banjir bandang. Seperti yang terjadi di Padang, Mandailing Natal, serta beberapa kota Indonesia Timur.
Kata memiliki negeri, maksudnya ketika kebenaran dan kehendak Tuhan yang menjadi jalan, dan tujuan prioritas dalam hidup kita. Maka, kita akan menikmati keberadaan kita pada suatu tempat. Tapi, jika menjadi sumber konflik. Jangan harap menjadi pemimpin yang adil. Sebagai umat yang berharga di mata Tuhan pun sudah bersyukur.
Refleksi dalam kehidupan masa kini
Trio kepemimpinan bangsa Israel saat itu, sama seperti sistem kepemimpinan Jawa Kuno, yaitu:
- Ing Ngarso Sung Tulodo. Artinya didepan sebagai teladan. Dalam konteks Firman Tuhan ini, adalah nabi Musa.
- Ing Madya Mangun Karso; Pemimpin yang berada di tengah. Berarti Harun.
- Tut Wuri Handayani; dari belakang untuk memotivasi. Berarti seorang raja.
Kerjasama yang berjalan dengan baik dalam sebuah organisasi, pasti akan menghasilkan yang terbaik. Sebaliknya, jika sang pemimpin berjalan sendiri-sendiri. Dipastikan organisasi tidak bertahan lama. Karena tidak punya pemimpin yang adil, jujur, dan ber-integritas.
Bagaimana dengan umat Tuhan saat ini?. Sudah siapkah Anda menjadi seorang pemimpin?, atau jangan-jangan hanya sebagai pemimpi.
Posting Komentar untuk "Kriteria Pemimpin Yang Adil Dan Takut Akan Tuhan Begini Ternyata [Ulangan 16:18-20]"