Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puji-pujian Dan Syukur Yang Benar Hanya Kepada Tuhan [Roma 7 Ayat 15-26]

Puji-pujian dan syukur merupakan sebuah aksi nyata dari umat Kristen, yang percaya atas apa yang dilalui, dialami dan diperoleh dalam beberapa waktu. Adalah tanda kasih sayang, dan penyertaan Tuhan Allah. Bukan atas kemauan, dan kemampuan diri sendiri.

puji-pujian dan syukur kepada Tuhan dengan hikmad

Firman Tuhan kali ini yang terambil dari Roma 7 ayat 15-26, mengajak kita untuk introspeksi diri. Tentang bentuk puji-pujian yang kita sampaikan selama ini. Apakah sudah benar, atau belum. Apakah untuk Tuhan semata, atau kepentingan pribadi?.

Untuk kepentingan pribadi. Misalnya, ketika kita rajin melakukan pelayanan di gereja, tapi mengharapkan pujian dari teman-teman gereja. Atau, untuk menunjukkan bahwa ia anak orang kaya, memiliki banyak uang, dan sebagainya. Apakah 

Alasan puji-pujian dan syukur harus kepada Tuhan

Tuhan dalam kehidupan manusia adalah lebih dari sebuah kebutuhan pokok/primer. Karena, baik selama di dunia ini, maupun pada kehidupan yang akan datang, setelah kedatangan-Nya yang kedua kali, kita tetap memerlukan Tuhan. 

Oleh sebab itu, agar Tuhan "betah" dengan kita. Salah satu upaya yang harus kita lakukan adalah memperbanyak puji-pujian, dan ucapan syukur. Selain itu, adalah meningkatkan persekutuan dengan sesama orang percaya, dan berdoa setiap saat.

Sekalipun selama di dunia, kita telah berkecukupan dan merasa tidak perlu lagi mohon bantuan dari Allah. Ingat, apa yang Anda miliki itu sebenarnya berasal dari Dia. Dan pada saat kedatanganNya itu, harta benda tersebut tidak bakal mampu menyelamatkan Anda. Agar masuk dalam kerajaan Sorga.

Namun sebaliknya, semakin banyak kita melakukan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan. Maka, semakin kuat "ikatan" yang kita jalin dengan Dia. Itu berarti ketergantungan hidup kita kepada Dia semakin besar. Dengan demikian, kecil kemungkinan jatuh kedalam dosa.

Pendekatan teologis kitab Roma 7 : 15 - 26

Melalui raja Daud, Firman Tuhan membuktikan bahwa ternyata materi juga tidak serta merta membuat hidup kita bahagia. Hal itu terlihat dari kehidupan rohani raja Daud. Ia selalu merasa "haus" akan penyertaan Tuhan. Padahal sudah punya segala-galanya.

Satu sisi sebagai Raja, Daud memang memiliki kuasa untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi, justru hal tersebut yang membuat ia sering jatuh dalam dosa (ayat 21-26). Dan, akhirnya lalai melakukan puji-pujian dan syukur. Karena dosa telah menguasai.

Atas pengalaman rohani raja Daut tersebut, secara tidak langsung mengingatkan kita, bahwa dalam tubuh manusia, ada 2 sisi yang bertolak belakang. Dan, tidak akan pernah bersatu. Yaitu sifat baik, dan buruk. Uniknya lagi, tanpak kita sadari kedua sifat tersebut muncul, pada saat yang bersamaan. Lalu, membuat kita bingung. Dan, jatuh dalam dosa.

Bedanya dengan raja Daud. Kita sering tidak sadar tengah dalam persimpangan. Atau  bahkan tak jarang sudah berada dalam jalan yang sesat. Namun, tetap melanjutkan perjalanan. Sehingga semakin jauh dari jalan kebenaran.

Sedangkan raja Daud, walau kejadiannya sering terulang, tapi tetap dalam kontrol. Sehingga ia bisa kembali, mengambil ke jalan yang benar. Dan, menyampaikan penyesalan melalui kidung puji-pujian dan syukur.

Refleksi Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuai dengan definisi. Umat yang bisa merasakan kasih karunia dari Tuhan dalam hidup sehari-hari adalah dewasa, dan orang tua. Oleh sebab itu, kisah hidup rohani raja Daud ini paling pas untuk umat Tuhan yang sudah Sidi.

Pertanyaan pertama. Sejauh mana kita menyerahkan perjalanan hidup ini kepada Tuhan?. Apakah hanya pada saat-saat tertentu saja. Semisal pada saat kesusahan datang. Sementara, jika dalam suka, lupa pada Tuhan?. Atau, baik suka maupun duka tetap mengandalkan Tuhan sebagai pelita hidip?.

Pertanyaan kedua. Apa motivasi kita ketika menaikkan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan?. Apakah untuk memuliakan diri sendiri, atau kemuliaan Tuhan?. Apakah karena mengharapkan sesuatu dari Tuhan, atau karena merasa sudah menjadi kewajiban sebagai umat?.

Pertanyaan ketiga. Apakah akal budi yang ada dalam diri kita lebih dominan, untuk mengambil keputusan?. Atau, keinginan danging?. Bila jawabannya adalah keinginan daging. Berarti kita termasuk manusia celaka (Ayat 24a). Yang tidak bakal ada yang bisa menyelamatkan. Kecuali Yesus Krstus.

Terakhir. Seberapa sering kita berada dalam persimpangan jalan kebenaran, dan jalan kehancuran?. Atau, sudah berapa kali kita melakukan dosa yang sama. Karena, ke-tidak mampu-an membatasi keinginan daging?.

Mari koreksi dari hati paling dalam. Supaya dapat melakukan perbaruan rohani dengan baik. Sebagai gembala umat , saya harap Firman Tuhan ini bisa mengungkap kejanggalan-kejanggalan puji-pujian dan syukur yang kita lakukan selama ini. 

Supaya alamat pemujian tersebut tidak untuk kepentingan pribadi, dan golongan. Tapi, hanya kepada Tuhan Allah. Sang Maha Kasih dan Penyayang. Amin.

Posting Komentar untuk "Puji-pujian Dan Syukur Yang Benar Hanya Kepada Tuhan [Roma 7 Ayat 15-26]"