Mazmur 149:1-6 Tema Kemenangan Terindah Bagi Orang Saleh Dan Rendah Hati
Kitab Mazmur 149:1-6 adalah nats khotbah yang saya bawakan langsung ditengah-tengah jemaat Tuhan pertengahan tahun 2019 lalu. Dengan mengambil topik sesuai dengan tema gereja setempat pada saat itu, yakni tentang proses menuju kemenangan yang indah bagi orang saleh, dan rendah hati.
Disini saya tidak perlu mengutip nats Firman Tuhan. Karena saya percaya teman-teman sambil membaca artikel ini telah menyediakan Alkitab. Dan berdoa kepada Tuhan agar diberi hikmat pengetahuan. Untuk memahami rahasia kebesaran dan kebenaran Firman.
Latar belakang dan sejarah
Umat Tuhan (Israel) pada saat itu, setiap mendapatkan kemenangan atas peperangan selalu mengadakan upacara syukuran. Berupa persembahan puji-pujian, yang ditujukan secara khusus kepada Tuhan. Puji-pujian atau mazmur yang mereka nyanyikan tersebut benar-benar murni dan tulus. Sebab mereka meyadari, bahwa kemenangan itu diperoleh hanya oleh pertolongan Tuhan saja.
Nyayian baru yang dimaksud dalam nats ini sebuah lagu yang baru diciptakan lalu dinyanyikan, oleh bangsa Israel. Tetapi dengan cara dan ekspresi yang berbeda. Hal itu disebabkan oleh pengalaman rohani (iman) yang baru mereka rasakan. Berkat dan perlindungan Tuhan kepada Israel atas musuh-musuh mereka diluar dugaan. Sehingga tidak ad acara lain untuk mengucap syukur selain menjadi orang saleh dan rendah hati.
Orang saleh dalam hal ini berarti menjadi umat yang lebih setia dan taat kepada Firman Tuhan. Sementara, baik hati artinya tidak berbuat semena-mena kepada orang lain. Terlebih kepada Tuhan Sang Pencipta langit dan bumi.
Konteks masa kini
Pertama sekali teknologi informasi dan telekomunikasi masuk ke Indonesia dari Barat/Eropa. Yaitu sekitar tahun ’95-an. Saat itu disambut rame-rame. Karena di anggap sebagai produk yang spektakuler dan visioner. Harga handphone waktu itu hampir sama dengan harga Kartu Perdana Telkomsel, atau Indosat. Yakni 1 jt-an. Anehnya, dibeli juga. Entah dengan alasan keperluan bisnis, atau hanya untuk gaya. Saat itu, iman orang saleh benar-benar di uji.
Tak lama berselang awal tahun 2000 handphone ber-‘evolusi’ menjadi Smart phone. Kemudian manusia lagi-lagi, ramai-ramai terbengong. Bagaimana tidak, wong yang handphone jadul itu pun belum semua bisa memakai (memiliki). Eh, sudah di suguhi dengan benda yang lebih canggih lagi.
1. Dampak personal
Tak dipungkiri dengan memiliki 1 buah Smart phone. Kita bisa melakukan berbagai kegiatan, serta bisa tahu berbagai macam informasi. Nah, permasalahan baru bagi orang saleh semakin banyak. Salah satunya berdampak pada pengeluaran dan keuangan.
Perhatikan perhitungan kenaikan inflasi berikut.Inflasi rata-rata Indonesia sejak tahun 1995, katakanlah rata-rata 4%. Berarti, selama 20 tahun kenaikan harga alat tekomunikasi tersebut adalah sebesar:
= (4% x 20 Th) x 1 jt
= 1,8 jt
Oleh sebab itu, tak heran dengan adanya tambahan teknologi yang disematkan dalam pernagkat. Harga smasrtphon saat ini menjadi 2x lipat. Bahkan, sudah ada yang mem-benderol dengan harga 10x lipat lebih. Apakah tetap menjadi orang saleh dan rendah hati?. Sementara kebutuhan telekomunikasi dianggap paling penting, dibanding Firman tuhan?
2. Dampak pada organisasi/perusahaan
Pertama sekali yang merasakan dampak negatif atas kehadiran smart phone adalah Fuji Film dan Kodak (perusahaan Jepang). Tidak lama berselang, dua perusahaan tersebut bangkrut. Akibat tidak mampu bersaing. Dalam hal ini, mereka tentu menganggap bahwa tidak hanya perusahaan telekomunikasi yang menjadi pesaing. Tetapi, orang yang membeli ciptakan smart phone juga ternyata bagian dari monster yang menghancurkan bisnis mereka yang telah berjalan 1 abad lebih.
Masi perhatiakan persamaan 2 (dua) situasi yang dialamai umat Israel masa lalu dan umat Tuhan masa kini. Setiap saat sama-sama dihadapkan pada musuh yang banyak. Dan, layak di analogikan dalam kondisi peperangan.
Oleh sebab itu, baik umat Israel masa lalu yang peperangan secara fisik. Dengan Perjuangan antara hidup, atau mati. Maupun umat Tuhan masa kini. Dengan peperangan phsikologi. Yakni perjuangan antara eksistensi, karakter dan sikap. Harus tetap memegang komitmen. Yakni bersikap sebagai orang saleh dan tetap rendah hati.
Renungan bagi umat Tuhan
Nats ini dapat dibagi menjadi 2 (bagian) yaitu:
- ayat 1-6 berisi ajakan, perintah pola hidup yang berkenan (benar) dihadapan Tuhan
- ayat 7-9 berisi tujuan (maksud) yang akan dicapai (didapat) dari Tuhan
Pola dan tata cara hidup orang yang berkenan dihadapan Tuhan
Dalam nats ini disebut antara lain “Saleh dan Rendah Hati”. (ayat 1-6). Selain taat, dan patuh. Sikap dan perilaku orang saleh adalah selalu konsisten dalam situasi dan kondisi bagaimana pun. Berpendirian teguh, serta tidak akan berpaling pada godaan-godaan mana pun. Misal Ayub dalam Alkitab PL (Perjanjian Lama). Adalah seorang yang benar-benar setia dihadapan Allah.
Contoh nyata tentang kehidupan orang saleh. Sekaligus sebagai pengalaman pribadi. Ketika saya di Kintamani Bali. Pertengahan Tahun 2013 - 2014.
Kintamani itu berada di ketinggian 7.700 m diatas permukaan air laut. Berada sekitar 75 km dari Denpasar. Tepatnya di puncak Gunung.Batur. Awalnya, nalarku mengatakan warga disana primitif, over acting, kurang kerjaan dan buang-buang waktu dan tenaga. Karena semua pohon dipinggir jalan diberi kain sarung. Warna-warni.
Bahkan menebang pohon pun tidak boleh. Membunuh hewan pun ada aturannya. Walau untuk konsumsi, dan sebagainya. Namun, seiring berjalannya waktu. Saya sadar apa yang mereka lakukan itu adalah hal mulia. Bagian dari Ibadah yang tidak semua orang bisa lakukan. Fakta yang saya rasakan disana waktu itu. Justru saya berasa seperti dikampung sendiri. Tidak ada rasa takut, atau waswas sedikit pun.
Nah, bicara tentang ke-saleh-an. Orang Bali menurut saya telah membei contoh nyata. Mereka sungguh-sungguh menjalankan kepercayaan yang mereka anut. Sekalipun alamat pemujan hanya alam semesta. Bagaimana dengan orang Kristen?,
Rendah hati berarti juga menjada sikap dan perilaku agar tidak tergoada pada situasi yang bersifat kondisional. Jadi, orang yang saleh dan rendah hati jangan sampai berobah-obah setiap saat. Kamuflase, atau pura-pura alias modus.
Firman Tuhan mengatakan rendah hati dan saleh harus menjadi 1 paket, dan tidak setengah-setengah. Kalau sudah saleh, seharusnya bersikap rendah hati. Begitu juga sebaliknya. Kalau sudah bisa rendah hati, berarti harus berusaha untuk tetap setia, dan taat. Dalam nats, penekanan akan hal tersebut terlihat melalui kata: “biarlah”.
Pembalasan kepada musuh-musuh adalah hak Tuhan (ayat 7-9)
Ketika orang Israel diberi kemenangan oleh Tuhan atas musuh-musuh mereka. Cukup sampai disitu. Orang Israel tidak disuruh melakukan pembalasan (balas dendam). Karena permbalasan itu akan mengarah pada persoalan pribadi/personal. Tetapi, yang Tuhan kehendaki adalah menegakkan keadilan Firman dan Hukum Allah secara universal.
Tuhan akan menghukum mereka. Raja, maupun petinggi-petinggi kerajaan tanpa kecuali. Karena, telah memusuhi orang Israel. Namun, sebaliknya. Jika umat Tuhan berpaling tidak setia lagi kepada Tuhan. Maka, hukuman yang sama juga akan diberlakukan oleh Tuhan. Sama seperti yang dijatuhkan kepada musuh-musuh Israel itu.
Ini lah yang dimaksud ‘Pedang Bermata Dua’. Yang satu mengarah kepada musuh, tetapi yang satu lagi kepada umatNya. Sekaligus sebagai peringatan (warning). Mengapa demikian?. Karena banyak umat yang terlalu di-minabobokan dengan kebebasan-kebebasan. Yang akhirnya kebablasan. Dan berpaling tidak orang saleh lagi.
Kebablasan saat ini, bisa terlihat dari perilaku umat yang alay, konsumeris dan pragmatis. Kalau ada libur langsung cus..!. Minggat piknik. Yang penting tidak di rumah. Dengan alasan untuk menghilangkan jenuh, bosan dan lain sebagainya.
Padahal nats ini mengatakan ‘biarlah mereka bersorak-sorai di tempat tidur mereka”. Terjemahan adalah kebahagian dan berkat itu ada di rumah kita, tidak ditempat lain. Seperti di Mall, dan tempat rekreasi. Tuhan memberikan berkat atas umatNya ada didalam rumah. Jadi, Sukacita itu harusnya dinikmati bersama seisi rumah alias tidak sendiri-sendiri. Anda bisa mendapatkan kebahagian diluar sana tetapi itu adalah sesaat dan bisa saja sesat.
Refleksi dan introspeksi
Untuk memperoleh kemenangan yang indah, bagi orang saleh dan rendah hati saat ini tidak sulit, yaitu:
- Dapat membahagiakan orang tua dan orang sekitar
- Aktif dalam persekutuan dan pelayanan gereja
- Menjadi teladan bagi adik-adik dan kerabat
Bagaimana dengan Anda?. Apakah sudah mampu melaksanakan 3 hal tersebut?. Kalau belum. Mari perkuat iman percaya Anda dengan membaca artikel-artikel terbaru yang kami sajikan dalam blog ini.
Posting Komentar untuk " Mazmur 149:1-6 Tema Kemenangan Terindah Bagi Orang Saleh Dan Rendah Hati"