Makna Dan Cara Bernyanyi Bagi Tuhan Yang Tepat Menurut Kitab 1 Tawarikh 16 : 23-28
Kehadiran Tuhan dalam satu persekutuan dapat membuat suasana lebih meriah, dan sukacita. Dan, dari persekutuan itu pula akan tumbuh semangat baru, untuk menjalani hidup sehari-hari. Tuhan hadir dalam setiap kehidupan orang percaya. Supaya setiap orang yang merasakan hadirat Tuhan, disana juga akan terdorong untuk bernyanyi bagi Tuhan.
Pengertian dan makna yang tersirat dalam nyanyian
Bernyanyi bagi Tuhan artinya menaikkan puji-pujian dan syukur kepada Tuhan melalui sebuah nyanyian yang dilantunkan oleh satu orang umat Tuhan atau lebih, dan disertai dengan iringan musik.
Pula, sebuah kidung pujian bisa di iringi oleh beberapa singer dan penari untuk membuat suasana lebih meriah. Tapi, bisa juga dilakukan secara sederhana. Misalnya, hanya mengandalkan 1 jenis alat musik. Sehingga suasana benar-benar sangat khusuk.
Dengan demikian, makna yang tersirat dalam nyanyian terasa. Walau hanya berupa kalimat-kalimat singkat. Dan, tidak dijelaskan satu per satu layaknya sebuah renungan, atau khotbah.
Latar belakang kitab 1 Tawarikh 16 : 23-28
Daud dan seluruh bangsa Israel bernyanyi bagi Tuhan karena Tabut Perjanjian, yang berisi 10 Perintah, gulungan kitab Taurat, dan Tongkat Musa sudah berada di Bait Allah di Yerusalem. Selain tertulis dalam 1 Tawarikh 16 : 23-28, mengenai Tabut Perjanjian juga tertulis dalam kitab Ulangan 31 : 26. Silahkan saudara baca.
Karena Tabut Perjanjian sudah tiba di Yerusalem, bangsa Israel juga meyakini bahwa Tuhan Allah hadir, berkuasa, dan bertemu langsung dengan mereka.
Adapun keberadaan Tabut Perjanjian sebelumnya adalah dibawah kekuasaan raja Palistin. Tapi, karena pada saat itu Daud menang melawan Goliat (algojo Palistin), maka peperangan antara bangsa Israel dan Palistin dianggap berakhir.
Oleh sebab itu, semua pusaka bangsa Israel dikembalikan oleh raja Palistin. Termasuk Tabut Perjanjian. Sehingga, sejak perjalanan dari wilayah Palistin hingga Israel, sebenarnya orang Israel sudah bernyanyi bagi Tuhan. Bukan saja karena berhasil membawa pulang Tabut Perjanjian, tetapi karena mereja juga telah memenangkan peperangan yang besar.
Makna kehadiran Tabut Perjanjian bagi Daud
Oh iya teman-teman, dalam perikop ini sebenarnya Daud belum menjadi raja atas bangsa Israel. Dia masih sebagai anggota pasukan. Namun, diberi karunia khusus oleh Tuhan. Sehingga mampu mengalahkan Goliat, hanya dengan sebuah batu kecil.
Lalu, makna menyampaikan pujian kepada Tuhan selama masih dalam perjalanan, hingga tiba di Yerusalem adalah untuk menegaskan bahwa kekuatan dari pada Tuhan lah yang paling besar. Dan, hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang berkenan kepadaNya.
Sekaligus sebagai peringatan kepada orang-orang yang menyembah berhala. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bangsa Palistin, serta bangsa-bangsa lain sekitar Israel yang masih memuja dewa-dewa, dan patung-patung berhala. Supaya segera beralih pada Tuhan Allah yang disembah oleh bangsa Israel.
Sebab, kuasa-kuasa yang ada di dunia ini tidak berimbang dengan kuasa yang di miliki oleh Tuhan. Tuhan lah yang menjadikan langit dan bumi, beserta segala isinya. Termasuk kekuatan-kekuatan yang dimiliki manuasi. Yang diperoleh dengan cara yang benar, maupun yang tidak berkenan dengan Tuhan.
Selain kepada bangsa lain, tujuan Daud bernyanyi kepada Tuhan sepanjang perjalanan adalah untuk memberi semangat kepada warga Israel yang menunggu di Yerusalem. Supaya bersukacita, dan mengucap syukur kepada Tuhan. Sebab, hanya oleh penyertaan Tuhan lah, mereka bisa memenangkan peperangan dengan bangsa Palistin.
Sebagaimana diketahui, dan di cacat oleh buku sejarah. Bangsa Palistin adalah bangsa yang paling kuat dan kejam pada masa itu. Tetapi, bertekuk lutut kepada Daud. Tanpa pertumpahan darah pasukan. Sebab, peperangan saat itu dilakukan satu lawan satu (Daud vs Goliat). Bukan antara pasukan dari kedua belah pihak.
Refleksi Firman dalam kehidupan masa kini
Ada beberapa poin penting yang dapat kita ambil, sebagai pelajaran dari Kitab 1 Tawarikh 16 : 23-28. Antara lain:
Poin pertama. setiap pertandingan olah raga, kerap suporter kedua belah pihak saling memberi semangat. Salah satunya dengan menyanyikan lagu-lagu kebanggaan klub yang di dukung. Dengan tujuan agar para pemain lebih semangat, dan bisa memenangkan pertandingan.
Demikian halnya dengan umat Tuhan saat ini. Sadar atau tidak tidak, saat ini kita juga berada di tengah suasana perang. Perang melawan keinginan-keinginan daging, perang melawan ego, perang melawan kemiskinan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, Daud berpesan agar bernyanyi bagi Tuhan. Sebab, dengan menyanyikan kidung pujian sebanyak mungkin kepada Tuhan, maka kita akan diberi kekuatan untuk menghadapi “perang” tersebut.
Poin kedua. Bernyanyi dan memuji Tuhan ternyata tidak harus pada tempat tertentu. Tapi, bisa dilakukan disetiap tempat dan waktu. Seperti yang dilakukan oleh Daud, dan pasukannya. Pada saat pertandingan dengan Goliat pun, mereka sudah bernyanyi, di tengah perjalanan pulang, hingga sampai di kota Yerusalem (baik Allah).
hal yang sama juga bisa kita lakukan, untuk memuliakan Tuhan pada kehidupan masa kini. Misalnya saat perjalanan ke tempat kerja, dan ke sekolah pun bisa kita lakukan. Tidak harus melalui suara yang keras, layaknya suporter sepak bola dan pasukan Daud. Tapi, bisa dilakukan dengan memanfaatkan headset. Sehingga tidak dianggap mengganggu orang lain.
Poin ke-3. Pada satu kesempatan yang tepat, misalnya ketika berada dalam persekutuan di gereja, atau rumah tangga. Mari kita jadikan nyanyian menjadi alat untuk bersaksi. Sekaligus untuk mengucap syukur kepada Tuhan, atas apa yang telah kita peroleh saat ini. Dengan demikian, kita tidak dianggap sebagai umat yang alai, atau lemah.
Sikap lemah berasal dari kurangnya iman percaya, dan membuat kita tidak semangat bernyanyi kepada Tuhan. Tapi, jika kita memiliki iman yang kuat. Maka setiap saat dan waktu, kita akan semangat menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Karena sudah merakan kehadiran Tuhan dalam hidup.
Poin ke-4. Kasih karunia Tuhan tidak memandang fisik, kelompok dan golongan. Seperti kita ketahui, Daud sebenarnya kecil dan pendek. Dibanding Goliat, tinggi Daud diperkirakan hanya 1/3. Demikian juga dalam hal jumlah pasukan. Tentu pasukan Goliat jauh lebih banyak. Akan tetapi, kuasa Tuhan ada pada mereka. Sehingga mereka boleh memenangkan peperangan tersebut.
Halnya sama juga berlaku bagi umat Tuhan saat ini. Bila sebuah gereja masih kecil, bukan berarti berkat yang mereka terima dari Tuhan juga kecil. Atau, jika fisik Anda pendek (maaf), maka berkat Tuhan yang harus Anda terima juga sedikit. Sesungguhnya tolak ukur kasih karunia, dan berkat dari Tuhan bukan demikian. Tapi, sesuai dengan besar kecilnya iman percaya kita kepada Dia.
Poin ke-5. Bernyanyi kepada Tuhan berarti siap menjadi berkat kepada orang lain. Ketika Daud dan pasukannya bernyanyi selama perjalanan pulang. Secara tidak langsung mereka telah memberi semangat, dan harapan baru kepada orang-orang yang mereka lewati. Orang-orang tersebut jelas bukan dari suku bangsa Israel. Tapi, bangsa-bangsa lain yang bermusuhan dengan bangsa Palistin.
Oleh sebab itu, kehadiran Tuhan dalam diri kita melalui nyanyian, sebaiknya juga dirasakan oleh orang-orang yang berada sekitar kita. Mungkin tidak secara langsung, atau pada saat kita menyampaikan kidung pujian kepada Tuhan. Tapi, bisa juga dilakukan dengan kirim teks/video lagu rohani ke teman-teman. Melalui Whatsapp Grup, atau aplikasi digital lainnya.
Pesan Martin Luther tentang nyanyian
Kepada umat Kristen Protestan mula-mula, Martin Luther pernah mengatakan bahwa nyanyian adalah karunia Tuhan. Bukan pemberian manusia, atau sekedar talenta. Tapi, nyanyian dapat membuat gembira, mengusir iblis, menghilangkan sedih dan kemarahan, serta membuat otak manusia semakin cerdas.
Sehingga dalam pernyataan selanjutnya, ia pernah mengatakan bahwa jemaat yang tidak bernyanyi kepada Tuhan adalah jemaat yang mati. Dalam bahasa yang lebih ekstrim, adalah sama dengan aliran sesat. Parahnya lagi, kepada calon pendeta disebut tidak layak ditahbiskan, bila tidak bisa bernyanyi.
Oleh sebab itu, dari kedua pernyataan tersebut. Sekaligus menjadi poin ke-6, yang bisa kita jadikan refleksi. Mari kita jadikan diri kita lebih dulu sebagai panggung kemuliaan, tempat memuji, dan mengucap syukur kepada Tuhan. Kemudian, persekutuan yang kita ikuti.
Posting Komentar untuk "Makna Dan Cara Bernyanyi Bagi Tuhan Yang Tepat Menurut Kitab 1 Tawarikh 16 : 23-28"